12. Daffa Pengacau

234 30 0
                                    

***

"jadi bokap-nyokap lo temenan sama orang tuanya Althaf?", Tanya Ara tampak tak percaya.

Dea mengangguk. Guru mata pelajaran Matematika tak dapat hadir hari ini, oleh karenanya murid hanya diberikan tugas untuk mencatat rumus. Sedari tadi, Ara asik bertanya tentang hal-hal yang ia tak tau mengenai kejadian di kantin tempo hari.

"heum, deket banget. Nyokap Ntop kan Dokter, jadi sering mesen barang-barang medis ke perusahan papa aku. Lagipula mamaku udah deket sama bunda dari SMP", jelas Dea lagi.

Ara mengangguk,"wow, kalian keren banget. Dari Althaf pewaris tunggal Shappire Hospital, terus Naysa sama Rafqi yang berasal dari keluarga Kya'I", ucap Ara terkagum-kagum.

Bisa dikatakan mereka berasal mereka berasal dari keluarga tajir. Namun, sifat humble dan sederhana mereka membuat mereka tampak dari keluarga yang biasa saja.

"dan satu lagi, Daffa yang hidup sebatang kara di Indonesia karena orang tuanya dosen di Al-Azhar, mesir"

Ara melotot kaget,"ah lo. Yang bener aja. Tadi Kia sama kak Iki yang Cuma dijenguk dua minggu sekali karna orang tuanya kerja di Singapore. Ternyata nasip Daffa lebih sedih", ucap Ara terkejut-kejut.

Dea mengangguk lagi,"gitu deh. Makanya Daffa sering nginap dirumah Rafqi atau Althaf. Karna dia selalu sendiri di rumah. Palingan sama asisten rumah tangganya", ucap Dea kasian mengingat cerita Naysa beberapa bulan lalu.

Dea sudah menceritakan semua yang terjadi antara gengnya dan geng Althaf. Namun, tentang pertunangan Naysa dan Rafqi, Dea tetap merahasiakannya.

Ara terdiam setelah mendengar semua yang dikatakan Dea. Menarik. Begitu piker Ara.

Ara mengibas rambutnya, ia merasa agak gerah. Lalu ia melirik kea rah Dea yang adem-adem ayem, padahal Dea menggunakan kerudung yang agak tebal seperti yang Kia dan Naysa gunakan.

"De, lo ga kepanasan makek kerudung gitu?", Tanya Ara pada Dea. Dea menatap Ara dan terkekeh.

"ya enggak lah. Aku udah dibiasain dari kecil buat makek kerudung. Jadi udah biasa deh", ucap Dea enteng.

Ara terdiam,"mungkin kalau orang-orang kayak aku agak sulit kali ya buat makek kerudung", ucap Ara kecil.

Dea tersenyum, dan menepuk pundak Ara,"gak ada yang sulit Ra. Kalau kamu yakin, pasti kamu bisa", ucap Dea lembut.

"nanti deh kapan-kapan ikut aku sama Naysa, Kia juga. Kita belajar makek kerudung. Nanti bisa dirumah aku, Naysa, atau Kia juga bisa", ucap Dea sumringah.

Ara tampak berbinar,"yang bener boleh?", Tanya Ara senang.

"bener dong", jawab Dea sambil tersenyum.

Ara langsung memeluk Dea,"aaa...makasih De!", Dea hanya tertawa.

"sebenarnya, dari awal kenal lo, gue pengen banget nyoba hijab. Tapi gue mikir, keluarga gue gak ada relegius-relegiusnya. Tapi disatu sisi, gue jjga mikir, keluarga lo juga bukan berasal dari keluarga yang relegius banget, tapi lo sama orang tua lo bisa pertahanin kerudung", ucap Ara jujur.

Dea menarik nafasnya,"kalo kamu berani mulai, Insya Allah, nanti mama kamu bakal ngikut kek kamu kok. Yang penting mau istiqamah aja", jawab Dea tanpa menghilangkan senyum dibibirnya. Ara mengangguk mengerti dengan apa yang dikatakan Dea.

***

Bel istirahat berbunyi.

"Sheba, Keifa. Kantin yuk!", ajak Ara pada dua sahabatnya.

"ayuk, tapi ke perpus dulu. Gue sama Sheba belum nyatat tugas yang tadi", jawab Keiyfa sambil nyengir.

"yah, gue buru-buru jumpain bu Dina nanti. Yaudah deh, gue duluan ke kantin sama Dea", ucapnya sambil melirik Dea yang sedang memasukkan bukunya kedalam laci.

PARADOXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang