29. Olim Mendadak

125 27 3
                                    



***

Althaf menyilangkan tangannya didada, sesekali ia melirik arloji yang melingkar di tangannya.

saat ini ia sedang berada didepan kelas Dea. Sejak tau kisah galau Dea, Althaf selalu ingin menemani Dea. Ia merasa kasihan pada Dea, setidaknya Althaf tau bagaimana rasanya cinta sepihak itu.

setelah dipikir-pikir beberapa kali, apakah menanti balasan perasaan dari Nabiela adalah hal yang benar yang telah ia lakukan?

Althaf sangat pandai ketika ia memberikan saran kepada Dea, namun kisahnya sendiri tak jauh menyedihkan dari Dea. Althaf menatap lapangan sekolah dari atas sini sambil menghembuskan nafas lelah.

"haa, bingung gue", ucapnya kecil sambil mengusap wajahnya gusar.

satu persartu murid dari kelas Dea keluar, banyak yang menyapa Althaf. Namun Althaf hanya diam ketika disapa, bahkan terkadang melirik saja tidak.

Dea sudah melihat penampakan Althaf dari jendela, Dea meringgis kecil,"haiss ngapain sih tu anak disini"

Dea menunduk, dan berjalan dalam gerombolan anak-anak kelasnya agar ia tak ketahuan kabur.

namun, penglihatan Althaf tak seburuk itu.

"woi, bayi!"

sontak Dea menghentikan langkahnya, Dea mendesis kecil ketika semua teman-teman sekelasnya terkekeh mendengar sapaan Althaf.

"ngapain kamu disini huh?", kesal Dea.

"nungguin elu lah", jawab Althaf santai.

"kantin yuk, gue laper", pinta Althaf.

tanpa menjawab, Dea langsung berjalan duluan tanpa memperdulikan Althaf.

"ye, lo main tinggal-tinggal gitu aja. Udah mau juga tungguin"

Dea melirik Althaf sesaat,"kan aku gak nyuruh"

Mata Althaf memicing,"haissshh, masih galau lo ya. Udah-udah ada gue! mau gue traktir makan apa? biar lo gak galau lagi. Sebut aja", ucap Althaf bangga.

"tiket pesawat ke antartika! biar jauh dari kamu!", jawab Dea membuat Althaf mendesis.

mereka kembali berjalan melintasi koridor panjang yang berisikan murid-murid yang keluar untuk istirahat sesaat.

"si Ara mana? tumben gak  bareng elo", tanya Althaf ketika mereka sudah hampir sampai ke kantin. 

"dia belajar, OSNnya udah deket"

Althaf hanya mengangguk mengerti. 

Althaf bersiul kecil melihat pemandangan ketika ia masuk kantin. Ia mempercepat langkahnya menuju meja tempat biasa mereka ngumpul.

BRUKKK!

suara gebrukan meja terdengar jelas membuat Rafqi yang semula membaringkan kepalanya kemeja langsung duduk tegap.

Rafqi mendesis merasakan telinganya yang memanas akibat suara keras yang ditimbulkan Althaf.

"Ntop, gue bisa budek sumpah!", Ucap rafqi setengah kesal sambil menggosok-gosok telinnganya.

"woo, bucin aja lo pinter, be indo lo mabal kan?", tuduh althaf langsung duduk dihadapan Naysa dan Rafqi, sedangkan Dea ikutan duduk disamping Althaf.

"gue ngizin. I Zet I En! IZIN! ngerti lo"

Althaf menyenderkan punggungnya kesandaran kuris,"heleh, depan Naysa emang anak baik lo", cercanya sambil melipat tangannya didada.

Rafqi melirik tajam, "awas lu, gue bales!"

PARADOXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang