*****
Hari ini jumat, sebenarnya hari pergatian madding ada pada hari sabtu, namun mengingat besok adalah hari terakhir sekolah, dan pasti semuanya pada sibuk dengan gotong royong, jadi pihak Jurnalistik memutuskan untuk mengganti karya dimading hari ini.
Seperti janji Naysa minggu lalu, ia akan memajang karya Dea. Namun dengan syarat tidak boleh menuliskan nama aslinya dibagian pencipta. Dea hanya mau ditulis sebatas inisial saja.
"KMN"
Naysa baru menyadari, bila nama Dea disingkat sangat amburadul. Sama sekali tak bisa dibaca. Naysa hanya menghembus nafasnya. Ia kembali membaca puisi 'Cinta di Jalan Rabbi' yang ia tulis.
Naysa berjalan sendirian kearah madding. Bel istirahat baru akan berbunyi 5 menit lagi, namun Naysa keluar agak cepat, mengingat keadaan koridor tempat dimana etalase berada akan sangat ramai bila sudah jam istirahat.
"udah tau keputusan Daurah kan?", Naysa tersentak ketika mendengar suara dibelakangnya.
Ia kangsung berbalik, dan menemui Rafqi yang sedang berdiri disana,"kamu..., kok udah keluar aja", tak menjawab pertanyaan Rafqi, Naysa malah balik bertanya.
"jawab dulu pertanyaan aku", ucap Rafqi yang tak menatap Naysa. Ia sibuk membaca karya-karya yang ada dimading sekolah.
Naysa menghembuskan nafas lelah."iya, udah. Daurah dipercepat mulai besok sabtu malam kan", ucap Naysa mengucapkan informasi yang disampaikan Dea semalam.
Semalam, pihak pembesar Yayasan Daurah melaksanakan makan malam, termasuk orang tau Rafqi dan Naysa.
"murajaah kamu gimana?", Tanya Rafqi sambil berjalan menyusuri koridor, diikuti Naysa juga yang berjalan bersisian dengan Rafqi.
"hm, insya allah ramadhan ini selesai", jawab Naysa seadanya.
Rafqi mengangguk,"cepet selesain, terus kita nikah", ucap Rafqi membuat Naysa berhenti berjalan.
"apaan sih Raf", ucap Naysa, yang jujur saja ia malu.
"kamu tuh, selesain dulu murajaahnya, baru mikir kesana", cerca Naysa mengingatkan Naysa.
Rafqi tersneyum tipis,"iya, aku kebut kok. Demi kamu", jawab Rafqi santai.
Naysa terkekeh,"mulai deh", jawab Naysa sambil mengibaskan tangannya diudara.
Sambil bercakap-cakap mereka berjalan menuju kantin. Tak banyak yang dibicarakan memang, hanya beberapa topic tentang perlombaan Kia dan Daffa pasca Ramadhan nanti.
"lo kenapa sih. Marah sama gue karna ustad Jamal lebih perhatiin gue gitu", terdengar suara Kia yang melengking dari dalam kantin. Belum terlalu ramai memang. Namun, sudah ada beberapa orang yang sedang memperhatikan mereka.
Daffa mendecih,"cih, gausah kegeeran lo. Gue juga lebih jago dari lo", jawab Daffa tak mau kalah.
Rafqi masih santai melihat kejadian didepan matanya."Ekhem!", dehem Rafqi membuat Daffa dan Kia terdiam.
"udah kelar caci-caciannya?", Tanya Rafqi sarkas.
Kia hanya diam, begitupun Daffa.
"kalian kenapa sih, ribut mulu", ucap Naysa sambil menarik lengan Kia untuk duduk.
"dia duluan nih, ganggu mulu kalo gue lagi belajar", ucap Kia menunjuk daffa.
"enak aja, elu tuh sewot. Gue Cuma nanya doang", jawab Daffa membela diri.
"udah-udah, kalian berdua diem deh", Naysa masih sangat sabar.
Akhirnya Kia dan Daffa duduk patuh dan mulai sibuk pada ponselnya masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARADOX
Spiritual[CERITA SELESAI] ✔️ Adakalanya perasaan itu salah memilih tempat berlabuh. padahal perjalanan cinta masih jauh. Namun, ia telah lebih dulu berhenti. serasa terapung ditengah lautan, dengan keadaan hilang daratan. panggil dia Dea. Yang terpaku rasa p...