50. Suddenly and Pardon Me

46 12 1
                                    


***

Tidak terasa, akhirnya Dea akan kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan diklatnya. Ia sudah selesai membereskan semua barangnya, padahal ia akan kembali lusa, namun ia sangat bersemangat, ia sudah sangta tidak sabar untuk kembali.

Saat ini, Dina dan Arif sedang keluar untuk membeli koper tambahan, karena mereka kekurangan koper, padahal ketika pergi mereka hanya memerlukan satu koper per orang, tapi tiba-tiba per orang membawa balik 3 koper sekaligus.

Dea merebahkan badannya diatas kasur, ia sibuk membaca-baca artike dari laptopnya. Entah sejak kapan ia mulai semangat membaca artikel tentang sekolah Kesehatan, dan semua yang berkaitan dengan Kesehatan.

Ting tong...

Dea berfikir sejenak ketika mendengar suara bel berbunyi. Aaah, mungkin orang apartement.

Dela mengambil kerudungnya segera, dan langsung berjalan kepintu. Tanpa mengintip lebih dahulu, ia langsung membuka pintu itu.

Dea terperanjat kaget ketika melihat siapa yang ada dihadapannya saat ini.

"hi, long time not see"

Mata Dea membulat sempurna ketika melihat siapa yang ada dihadapannya saat ini.

Althaf.

***

A week ago...

Setelah mendengar saran dari dua temannya, Althaf berfikir kembali untuk menanyakan hal ini kepada kedua orang tuanya. Setelah berfikir cukup lama, akhirnya Althaf bergegas turun dan menemui orang tuanya.

Althaf celingak-celinguk mencari keberadaan orang tuanya, biasanya jam segini mereka masih duduk diruang tengah. Althaf turun dan akhirnya dia menemukan dimana kedua orangtuanya. Ternyata di taman belakang.

"Bunda, ayah...", panggil Althaf memuat kedua orang tuanya menoleh.

"sini duduk", ucap Mursyidah yang langsung menarik pergelangan tangan anaknya untuk duduk.

"ada apa? Tumben", tanya Syarif yang langsung bisa membaca raut wajah Althaf tampak berbeda.

"ada masalah? Kamu udah jarang turun makan sama bunda ayah"

Althaf hanya menggeleng, "heheh, gak bunda, Althaf banyak tugas, jadi makannya gak sekalian sama bunda ayah"

Syarif dan Mursyidah hanya mengangguk paham.

"bunda, ayah... bunda sama ayah deket kan sama keluarganya Dea", ucap Athaf langsung.

Kedua orangtuanya mengangguk segera, "emang kenapa?"

Althaf diam sesaat, "Dea udah hampir sebulan gak masuk sekolah, Althaf samperin kerumah juga gak ada orang, temen-temennya Dea juga gak bilang Dea kemana"

"emang kamu ada perlu apa sama Dea?", tanya Syarif kemudian.

Althaf menarik nafasnya, "Althaf cuma mau minta maaf, sebelum Dea menghilang Althaf ada buat kesalahan, waktu Althaf mau minta maaf, Deanya keburu ngilang gitu aja. Udah coba Althaf hubungi, tetap gak dapat balasannya yah"

Jujur Althaf, ia akan terima konsekuensi atas apa yang ia lakukan, tidak masalah bila ia harus dimarahi orang tuanya sekalipun.

Mursyidah mengelus kepala putranya lembut, "sebesar apa salah kamu sampai Dea ngilang tapi gak ngabarin kamu dulu, Bunda kirain kalian deket banget"

Althaf masih tampak murung, "yang jelas dia pasti marah banget sama Althaf"

Syarif menepuk bahu putranya, "besok ayah cari tau, nanti ayah kabari kamu ya, intinya kamu harus bertanggung jawab dengan apa yang udah kamu lakukan. Lakukan yang terbaik sampai Dea mau maafin kamu"

PARADOXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang