3. Islam dan Seorang Teman (Hayfa)

10.6K 1.3K 30
                                    

HARI ini adalah hari pertama aku masuk kuliah. Dan tentu universitas di Korea dengan Indonesia tidak jauh berbeda. Jika di Indonesia ospek dilakukan sedikit merepotkan, di Korea justru seperti MT atau Member Training yang hanya dilaksanakan 2 hari tanpa ada acara mengenakan pakaian apapun yang merepotkan, santai dan senyamannya saja.

Sekarang aku sudah berada di Seoul National University. Hari ini sangat ramai dan aku tidak punya teman sama sekali, ini membuatku sangat gugup. Saat berjalan mereka memperhatikanku, aku takut untuk melihat padangan mereka terhadapku, lebih baik aku menunduk saja dan tidak menatap balik mereka setidaknya.

Aku berjalan kearah fakultasku, fakultas psikologi, ya aku didaftarkan jurusan ini oleh tanteku pada akhirnya, untungnya sesuai keinginanku meskipun tidak sesuai impianku di Stanford. Waktu mendapat email bahwa aku lulus, aku sudah mendapatkan peta gedung tempatku belajar, karena universitas ini benar-benar luas, aku hampir saja tersesat.

Aku sudah sampai ke gedung fakultasku, luas dan begitu ramai. Entah apa yang harus aku lakukan sekarang? Mengingat aku masih tidak memiliki teman dan aku takut untuk memulai pertemanan. Bukan karena faktor bahasanya, aku sudah belajar mati-matian untuk itu, jadi apa yang sekarang menjadi kendala? Itu karena pakaianku, terlalu banyak yang memperhatikanku sejak pertama kali aku sampai, inilah membuatku takut tidak ada yang ingin berteman denganku.

Tak lama karena sibuk memikirkan diriku, seseorang menepuk bahuku. "Annyeonghaseo¹," sapanya.

"A- Anyeonghaseo," balasku kaku.

"Namaku Jang Nara umurku 19 tahun. Bisakah kita menjadi teman? Aku sudah memperhatikanmu sejak tadi."

"Eum ya ... a- aku Hayfa Luthfiana umurku 19 tahun," jawabku gugup.

"Woah, kita sama. Aku menyukainya!" Gadis bernama Jang Nara itu mengulurkan tangannya padaku, aku pun menerimanya dengan canggung.

Akhirnya ada juga yang mau berteman denganku. Aku pikir tidak ada yang mau karena pakaianku jelas menampakkan jika aku adalah seorang muslim.

"Ayo kita duduk disana. Sebentar lagi para Sunbae² pasti akan datang." Nara menarikku kebangku taman yang kosong.

"Apa kau berasal dari Malaysia?" tanyanya setelah kami duduk.

Aku menggeleng. "Aku berasal dari Indonesia."

"Wah Indonesia? Aku ingin sekali mengunjungi negaramu," ucapnya. Aku tersenyum.

"Jika kau berkunjung, aku yang menjadi tour guide-mu," ucapku terkekeh. Bukannya membalas ucapanku Nara menatapku tanpa berkedip. Kenapa? Apa wajahku terlihat aneh? Ah, pasti dia tidak nyaman berteman dengan orang sepertiku.

"E- Excuse me? Jang Nara-ssi³?" panggilku, lalu dia mengerjap-ngerjapkan matanya. "Kau kenapa? Apa wajahku aneh?" tanyaku. Bisa-bisanya aku bertingkah sok akrab seperti ini padahal belum ada sehari tapi aku sudah membuatnya tidak nyaman.

Gadis berambut sebahu itu menggeleng. "Kau cantik, aku suka senyummu," ucapnya. Aku memandangnya lalu membalas dengan senyuman malu. Kupikir aku terlihat aneh.

"Alhamdulillah. Kau bahkan lebih cantik," pujiku lalu lagi-lagi gadis itu diam.

Astaghfirullah. Aku meringis, dia pasti bingung dengan kata itu. Aku sudah terbiasa mengucapkan kata syukur dan aku lupa kalau wanita didepanku tidak akan mengerti. Pasti dia sedikit tertanggu, setelah itu aku tersenyum canggung padanya.

"Eung ... maaf Nara-ssi-"

"Kau muslim. Aku sudah tahu itu," ucap Nara tersenyum padaku. "Aku mengerti arti kata itu, itu kata untuk menunjukkan rasa syukurmu pada Tuhan kan?" Aku menganggukkan kepalaku. "Aku sudah lama tertarik dengan Islam dan aku mencari teman muslim yang bisa mendekatkanku dengan islam, dan aku bertemu denganmu."

Islammu Maharku (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang