7. Kelas Bahasa (Hayfa)

8.1K 1.1K 10
                                    

HARI ini adalah hari pengambilan jadwal dan aku memilih jadwal yang tidak berbenturan dengan ibadah shalatku. Ya inilah enaknya kuliah di Korea Selatan, mahasiswa bisa memilih jadwal mereka sendiri. Ya meskipun ada beberapa mata kuliah yang tidak bisa tapi Alhamdulillah aku bisa.

Aku menghela nafas, sore nanti aku harus ikut kelas bahasa. Ini wajib untuk mahasiswa internasional, apalagi aku yang masih payah dalam membaca Hangeul. Tapi Eezar dan Haru tidak akan mengambil kelas bahasa, ya selain Eezar yang sudah tinggal di Korea Selatan dari dia Junior High School dan Haru yang masih memiliki darah Korea dari sang nenek, sehingga mudah bagi mereka dan tidak perlu lagi mengikutinya. Jadi hanya aku saja yang ikut kelas bahasa.

Aku memasuki kelas bahasa, sudah ada sekitar tujuh siswa didalam. Aku duduk dikursi paling depan, dan ini wajib untukku. Aku ingin lebih paham dan lebih fokus, jika dibelakang aku takut tidak bisa paham atau bahkan tidak fokus sama sekali.

Aku membuka buku dasar bahasa korea bagi pemula, yang aku beli sebelum berangkat ke Korea. Kosa kata dan frasa korea sudah sedikit hafal. Untuk grammar atau tata bahasa sedikit sulit untukku yang bukan orang Korea asli, tak jarang lidahku keseleo karena belajar grammar ini.

Saat aku fokus menghafalkan, terdengar suara histeris dari mahasiswi dikelasku, aku tentu saja terkejut. Aku melihat ke sekelilingku yang tengah melihat kearahku. Tunggu. Kenapa mereka melihat kearahku? Apa ada yang salah denganku? Kenapa mereka histeris dan menatap kearahku dengan mata yang penuh kebinaran?

Begitu menoleh kedepan, mataku membola terkejut, sontak saja aku memundurkan wajahku, aku menutup wajahku dengan buku yang tadi aku baca. Aku menarik sedikit buku didepan wajahku lalu melihat seseorang didepanku yang tengah menyeringai tampan.

Hah?! Tampan apanya?! Aku menatap sebal pria didepanku. Kenapa juga dia didepanku? Astaghfirullahal'adzim, untung saja aku langsung memundurkan wajahku atau jika tidak, setan pasti akan bahagia karena kejadian yang tidak aku inginkan terjadi.

"U-Untuk apa Sunbae ada disini?" tanyaku sedikit menundukkan padanganku. Ah apa wajahku terlihat memerah? Kenapa wajahku panas sekarang? Astaghfirullahal'adzim.

"Memangnya kenapa?" tanyanya. Aku mengangkat wajahku, menatap Zhang Yi yang tengah mengangkat sebelah alisnya. Wajahnya masih berada didepanku. Ya, wajah didepanku ini adalah Zhang Yi, Sunbae aneh sekaligus sombong yang aku temui kemarin.

Aku mendorong pelan wajahnya dengan buku yang aku pegang. Dasar tidak sopan! Aku lihat Zhang Yi tengah mengusap wajahnya dan menatapku penuh amarah.
"Kau?!" Dia terlihat menghela nafas. Aku menatapnya bingung.

Apa yang salah? Aku hanya tidak ingin terjadi sesuatu denganku, dan tentu saja aku ingin melindungi martabat dan kehormatanku.

"Hei gurl, kau sangat berani sampai memukul wajah tampanku, huh?"
Aku menatap datar. "Tentu saja, Sunbae duluan yang berani berada didepanku."

Zhang Yi mengangkat ujung bibirnya yang berkedut. "Ya! Kau harusnya senang bisa menatap wajah tampanku dari dekat. Bahkan sekarang wanita-wanita dikelas ini tengah menatap iri padamu."

"Aku tidak peduli, Sunbae seharusnya lebih menghormati wanita." Zhang Yi tertawa remeh.

"Bagiku wanita tidak lebih dari sebuah mainan. Jika sudah rusak, buang dan beli lagi yang baru mudah bukan?" bisiknya.

Mendengar ucapannya membuatku sedikit marah. Aku menghela nafas panjang sambil melafalkan istighfar beberapa kali. Aku tidak habis mengapa pikir dia menilai kaum wanita sebagai mainan. Oke, mainan? Kami bukan mainan! Kami terlalu berharga untuk disamakan dengan mainan. Jika wanita memang mainan, kenapa wanita dijunjung tinggi oleh Allah? Jika wanita mainan, lalu untuk apa wanita diciptakan jika hanya untuk bersenang-senang? Apa terlihat sesederhana dan serendah itu?

Islammu Maharku (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang