ZHANG Yi Sunbae-nim
Sunbae, kau baik-baik saja kan?
Kuharap kau membaca pesanku.Aku menghela nafas. Sejak kejadian bertemu waktu itu, aku sudah lama tidak melihat Zhang Yi. Kadang aku merasa ada yang aneh dengan diriku. Bukankah selama ini aku mengharapkan hal semacam ini? Bukankah aku sendiri yang menyuruh pria berdarah Tiongkok itu untuk tidak mendekatiku lagi? Tapi kenapa aku selalu merasa... Kehilangan?
Aku juga sudah mengecek kebenarannya, tentang benar atau tidaknya hubungan ummi-ku dengan Mr. Zhang, ayah dari Zhang Yi. Aku sudah menyakannya kepada teman akrab Ummiku sewaktu studi di Taiwan. Untung saja aku masih menyimpan kontaknya.
Saat aku tanyakan kebenarannya kepada teman ummi-ku, beliau bilang memang benar jika Ummi-ku pernah memiliki hubungan dengan ayah Zhang Yi tapi tidak lebih dari sekedar teman satu prodi. Yang teman ummi-ku ketahui, Ummiku tidak banyak bercerita tentang perasaannya tapi waktu itu beliau menyimpulkan ada sedikit raut kesedihan, meskipun ummi-ku selalu tersenyum tapi masih nampak jelas kata beliau.
Aku menghela nafas. Ini sedikit membuatku semakin bingung, sebenarnya langkah yang Ummi-ku ambil itu seperti apa? Bagaimana perasaan ummi-ku sebenarnya?
"Hayfa-ya!" Aku terkesiap lalu menatap kearah sumber suara.
Disana berdiri Songjun dengan senyuman cerianya. Aku menatap kesekitarku, ah aku tidak memperhatikan jalan saking sibuknya dengan pikiranku.
Aku membalas senyuman Songjun dan berjalan kearahnya. Hari ini aku mengunjungi rumah Songjun, Itu semua karena ibu dari Songjun yang memintanya untuk bertemu denganku. Awalnya aku tidak ingin, tapi sejak kemarin Songjun selalu memohon kepadaku. Sudah lama Songjun memintaku untuk bertemu dengan ibunya, tapi karena kesibukanku aku tidak memiliki waktu. Dan ya hari ini aku terpaksa memenuhinya, aku tidak tega melihat wajah memohon dan sedihnya.
"Maaf, aku sedikit telat," ucapku.
"Tidak apa-apa," balas Songjun masih dengan senyum cerianya. "Kajja! Eomma sudah menunggumu."
Aku menganggukkan kepalaku sebagai jawaban lalu berjalan mengekori Songjun. Aku melihat ke sekeliling rumah Songjun, rumahnya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil sama seperti rumah Nara. Tapi dibandingkan dengan Nara, halaman rumah Songjun lebih sempit, tapi banyak tanaman disekitarnya.
Saat memasuki kedalam rumahnya pun, mampu membuatku berdecak kagum. Interior rumahnya terkesan jadul memang tapi sangat rapi dan penuh dengan estetik.
"Maaf, rumahku tidak sebesar apartemenmu," ucap Songjun tersenyum canggung kearahku.
"Ani. Aku bahkan iri dengan rumahmu, aku bahkan sempat berpikir untuk memiliki rumah seperti ini." Senyumku.
"Ah b-benarkan?" Songjun menoleh kearahku dan tersenyum.
Saat aku akan menjawabnya, terdengar bunyi pecahan kaca. Songjun dan aku yang terkejut sedikit berlari kearah sumber suara yang ternyata dari dapur.
"Eomma?!" Teriak Songjun lalu berjalan kearah wanita paruh baya yang Songjun panggil ibu. Aku mengekori Songjun dengan khawatir setelah melihat kondisi ibu Songjun yang duduk tergeletak di lantai.
"Eomma, aku kan sudah bilang jika ada sesuatu yang Eomma butuhkan, panggil aku," ucap Songjun lembut setelah mendudukkan ibunya di meja makan.
"Aigoo ... eomma tidak apa-apa Songjun-ah. Kaki Eomma hanya sedikit lemas tadi dan lagi tidak mungkin Eomma memanggilmu saat kau sedang menunggu orang yang spesial bagimu kan?"
"Eomma!"
Terdengar kekehan dari ibu Songjun. "Maaf, maaf." senyumnya tulus.
Aku memperhatikan interaksi keduanya. Entah kenapa aku juga jadi merindukan cadaan dan godaan yang ummi layangkan untukku.
![](https://img.wattpad.com/cover/217722413-288-k914278.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Islammu Maharku (Sudah Terbit)
SpiritualVersi Revisi ada dibuku **** "Aku mencintaimu, tapi kenapa kau menolakku? Aku tampan, pintar, populer dan aku bisa melakukan apa pun dengan mudah. Apa yang kurang dariku?" -Zhang Yi "Kau sangat tampan. Wanita mana pun jika dijadikan kekasih olehmu m...