41. Who is She? (Hayfa)

4.3K 771 6
                                    

AKU memasuki pintu lift dan menekan tombol menuju lantai apartemen. Setelah seharian menemani ibu Songjun dan bercerita banyak hal dengan nenek Songjun juga, aku merasa sedikit lelah.

Sejak kejadian aku yang bermain dan bertemu dengan ibu Songjun, entah kenapa seminggu belakangan mereka selalu memintaku untuk selalu bermain kesana. Dan aku selalu saja tidak bisa menolaknya. Mungkin, karena aku merasa senasib dengan Songjun apalagi aku juga merindukan sosok ummi-ku.

Siapa yang menyangka orang yang begitu ceria dan seolah tidak ada masalah, ternyata Songjun mempunyai segudang masalahnya. Bibi Yera bercerita jika sejak kecil, dirinya, Songjun dan neneknya tinggal bertiga. Ayah Songjun pergi menghilang entah kemana.

Jadi sejak saat itu, mereka berjuang bersama dan nenek Songjun menjual street food di Myeongdong. Bibi Yera memiliki penyakit sehingga mengharuskannya untuk selalu berada dirumah dan tidak boleh lelah sedikit pun. Sehingga seminggu belakangan aku dan Songjun membantu neneknya.

Bibi Yera bukan seorang muslim, begitupun dengan nenek Songjun. Songjun bilang, dia selalu mencoba untuk mengajak ibunya untuk memeluk islam dengan baik. Aku tidak menyalahkan, mau bagaimanapun dan mau sekeras apapun berusaha, tetap saja hati dan ketentuan hanya milik-Nya. Bahkan sekelas Nabi Muhammad saja tidak bisa mengajak paman tercintanya, Abu Thalib, untuk memeluk islam. Bukankah ini menandakan manusia bukanlah yang memiliki kuasa atas hati? Semua terjadi sesuai dengan kehendak-Nya.

Aku menghela nafas. Aku sebenarnya kasihan dengan Songjun tetapi melihat apa yang terjadi secara langsung membuatku sadar, Songjun tidak mau dikasihani. Saat aku tanyakan kepada Songjun, kenapa dia terlihat tidak ada masalah, jawaban dari Songjun dan senyum yang ia tampilkan sedikit menamparku.

"Kadang memang lebih baik menyembunyikan apa yang kau rasakan dari orang lain. Kau menceritakan kepada mereka pun belum tentu mereka akan paham apa yang sebenarnya kau rasakan, berbeda hati, berbeda pandangan, sangat sulit mencocokkannya."

"Buah yang satu dengan buah lainnya, rasanya akan berbeda meskipun kadang itu dari pohon yang sama. Kau menginginkan ini, tapi mereka memberimu yang tak sesuai dengan keinginanmu. Meskipun terkadang sejalan, tapi tetap saja akan terasa berbeda. Maka dari itu, islam mengajari untuk menceritakan kepada Sang Pengasih."

"Aku tidak tahu doaku dikabulkan atau tidak, aku tidak tahu doaku didengar atau tidak. Tapi seperti yang Umar Bin Khattab bilang, 'Aku tidak pernah mengkhawatirkan apakah doaku akan dikabulkan atau tidak, tapi yang lebih aku khawatirkan adalah aku tidak diberi hidayah untuk terus berdoa.' "

Benar kata Songjun, menceritakan pada manusia akan memunculkan perasaan tak puas, walaupun lega, belum tentu akan terselesaikan. Tapi jika bercerita kepadanya, mengharap kepada-Nya, ada perasaan yang berbeda. Masalah memang belumlah tuntas, tapi rasanya hati menjadi lebih tenang seolah masalah sudah selesai.

Aku tersenyum pahit dan beristighfar dalam hati. Kenapa aku hampir melupakan ini? Kerja keras keluarga Songjun membuatku kembali mengingat perjuangan abi dan ummi-ku untuk sukses sampai sekarang. Belum lagi, semenjak mendapatkan pertanyaan seperti waktu itu dari bibi, aku selalu saja mencoba mengalihkan topik. Aku bukan tidak ingin tetapi sampai sekarang ada perasaan yang aneh dalam diriku, seolah-olah ada mencegahku agar tak seharusnya menerima siapapun dan harus menunggu.

Terdengar suara pintu lift terbuka, membuatku sedikit tersentak dan berjalan keluar dengan menunduk menuju apartemenku. Saat aku mendongak, aku melihat seorang wanita cantik berdiri tepat diantara pintu apartemen Zhang Yi dan aku.

Wanita itu menatapku sekilas lalu kembali memainkan ponselnya. Begitu sampai didepan pintu apartemenku, aku membuka pintunya dan berniat masuk ke dalam. Saat aku akan melangkah masuk, terdengar suara decakan dan gumaman dari wanita itu. Aku berhenti dan menatap wanita itu. Sebenarnya dia mencari siapa? Aku membiarkan pintu apartemenku terbuka sedikit lalu menghadap ke arah wanita itu. Siapa tahu dia butuh bantuan bukan?

Islammu Maharku (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang