AKU menghela nafas. Sebenarnya aku tidak ingin pergi ke rumah ibunya Zhang Yi atau nyonya Kim, lebih tepatnya aku tidak ingin berurusan lagi sebenarnya.
Aku menatap cermin didepanku. Apa aku terlihat berlebihan berpenampilan seperti ini? Ini tidak seperti aku yang biasanya. Sejak kapan aku lebih memperhatikan penampilanku sekarang? Entahlah aku tidak tahu juga alasannya.
Saat tengah sibuk memikirkan penampilanku, ponselku berdering. Aku mengambil ponsel didalam tasku. Setelah melihat siapa yang meneleponku, aku langsung mengangkatnya.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu."
"Wa'alaikumussalam warahmatullah wabarakatu, kenapa tan?"
"Ya Allah ga basa-basi dulu ya ponakan tante satu ini? Mau ngapain sih? Kayak mau kemana aja."
Aku menghela nafas. Selalu saja tanteku seperti ini, untung aku menyayanginya.
"Oh jangan-jangan kamu mau jalan sama cowok yang waktu ngangkat telpon tante lagi? Hayooo... Katanya ga ada apa-apa."
Aku memutar bola mataku malas. Memang waktu itu aku sudah menjelaskannya pada tanteku jika ponselku waktu itu ada di Zhang Yi. Sudah aku jelaskan jika ponsel waktu itu sempat dicuri menurutku, dan tak kusangka orang yang waktu itu meminjam ponselku adalah Zhang Yi.
Aku sudah mengatakan jika Zhang Yi juga hanya sunbae di universitasku, tetap saja pikiran drama tanteku tidak bisa dihilangkan begitu saja.
"Halo? Kok diem? Jadi bener ya ada apa-apa? Ganteng ga? Kayak oppa-oppa ga? Eh iya udah pasti ya oppa-oppa? Lebih ganteng dari Lee Min-Ho ga?"
Aku tersenyum pahit. "Tante ngapain sih ih. Cowok sama cewek yang bukan mahramnya ga boleh ada hubungan, lagian aku ga mau pacaran, maunya langsung nikah."
"Nah kan siapa tau jodoh kamu cowok yang waktu itu. Lumayan loh tante punya mantu oppa-oppa."
"Tante apaan sih? Auah terserah tante aja."
"Cieee ... ngambek berarti emang ngarep, gapapa tente dukung kok, banget malah. Entar tante bantuin ngomong sama Abi kamu."
"Tenteeeeeeee!! Astaghfirullahal'adzim," teriakku gemas. Terdengar tawa di seberang ponselku, aku mengerucutkan bibirku.
"Udah ih tan. Kenapa nelpon? Ada apa? Abi baik-baik aja kan?"
"Eh iya baik kok Abi kamu, tante hampir aja lupa," kekehnya. "Gini, adek sama abang kamu mau nyusul kamu ke Korea."
"Hah nyusul? Nyusul gimana maksud tante? Kuliah atau sekolah disini juga?"
"Ya enggaklah, cantik. Cuman mau liburan katanya, lagian kangen sama kamu juga mereka. Kan sekarang di Indonesia lagi liburan semester."
Oh iya aku hampir saja lupa. Tidak kerasa sudah tujuh bulan lebih aku berada di Korea. Dan sebentar lagi Zhang Yi akan graduation. Astaghfirullahaladzim kenapa malah terpikir Zhang Yi?
"Mungkin lima hari lagi kakak sama adek kamu bakal berangkat."
"Yaudah, nanti aku jemput di bandara. Udah ya tan, aku mau berangkat dulu." Ucapku.
Memang tadi Zhang Yi sudah mengirimi pesan kepadaku jika pria itu sudah menunggu di parkiran. Belum lagi aku harus menjemput Juno, mungkin waktu sedikit lama.
"Eh iya. Hati-hati ya, awas ga boleh ada hubungan apa-apa." Terdengar nada cekikikan dari seberang telponku.
"Tante apaan dih."
Tawa dari tanteku kembali terdengar. "Iya deh iya, tante cuma ngasi tahu itu. Kamu baik-baik ya disana, assalamu'alaikum."
Aku mengangguk sebagai meskipun tanteku tidak akan bisa melihat. "Wa'alaikumussalam warahmatullah wabarakatu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Islammu Maharku (Sudah Terbit)
EspiritualVersi Revisi ada dibuku **** "Aku mencintaimu, tapi kenapa kau menolakku? Aku tampan, pintar, populer dan aku bisa melakukan apa pun dengan mudah. Apa yang kurang dariku?" -Zhang Yi "Kau sangat tampan. Wanita mana pun jika dijadikan kekasih olehmu m...