30. Wanita Itu (Zhang Yi)

4.6K 789 21
                                    

AKU menatap foto Hayfa dibalik di ponselku. Aku mengambilnya secara diam-diam waktu itu. Aku terkekeh saat mengingatnya. Menjauhinya? Apa alasan yang tepat untuk menjauhi wanita seperti dirinya? Aku juga tidak tahu kenapa menjadi seperti ini? Sudah kubilang Hayfa benar-benar seperti magnet. Aku tidak bisa menghindarinya. Sejujurnya aku terpaksa mengikuti keinginannya untuk menjaga jarak. Tapi aku juga tidak menampik jika aku juga merasa bersalah padanya. Dengan menjaga jarak seperti ini, semoga saja Hayfa seperti merasakan sesuatu yang hilang. Lambat laun pasti dia akan sadar, seperti yang aku katakan dulu. Dia yang menyerah atau aku yang mengalah? Tentu saja harus dia yang menyerah.

Sebenarnya aku tidak terlalu yakin dengan cara ini, tapi tidak salahnya mencoba bukan? Jika gagal, aku masih punya banyak cara untuk membuatnya jatuh cinta padaku. Aku tersenyum lalu berdiri dari sofa tempat dudukku, tidak lupa mengantongkan kembali ponselku lalu berjalan menuju pintu apartemen.

Malam kemarin Hayfa menghubungiku dan memintaku untuk bertemu denganku. Seperti yang dia inginkan aku membalasnya dengan singkat dan datar. Tapi sebenarnya tentu saja aku senang. Apa yang ingin dia bicarakan padaku? Oh apakah dia sudah menyadari sesuatu? Apa dia akan mengungkapkannya hari ini? Apa dia akan memintaku untuk tidak jadi menjauhinya? Jika seperti itu, itu akan membuatku semakin tidak sabar saja.

Aku menutup kembali pintu apartemenku lalu berhenti, menatap pintu disebrang apartemenku. Hayfa apa dia sedang bersiap-siap? Atau mungkin sudah menungguku di kafe sana? Ah akan lebih baik jika aku tidak mengendarai mobilku, siapa tau ada kejadian yang indah, kan? Ya benar, semoga saja ada hal indah nanti. Aku Berjalan menuju lift dengan tidak sabar.

***

"Aku sudah sampai," ucapku datar.

"Ah, sebentar. Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu, Sunbae," jawab orang disebrang ponselku, Hayfa, lalu menutupnya.

Aku mengernyitkan dahi bingung, menatap ponselku penuh pertanyaan. Siapa yang ingin bertemu denganku?

Tidak lama Hayfa melambaikan tangannya padaku. Gadis itu menunggu didepan kafe dan tersenyum padaku. Cantik sekali, entah kenapa hari ini terasa lebih panas? Wajahku mungkin sekarang sudah memerah. Aku berdehem cukup keras untuk mengusir rasa gugupku, lagi pula aku harusnya menunjukkan wajah datar.

"Ah Sunbae, kajja orang yang ingin bertemu denganmu sudah menunggu. Kuharap kau mau mendengarkannya nanti," ucapnya tersenyum lembut kepadaku, terlihat sangat menggemaskan.  Ah aku ingin sekali memeluknya dengan erat. Sayang sekali Hayfa pasti akan sangat marah padaku jika  aku benar-benar melakukannya.

Aku membalasnya dengan deheman singkat lalu mulai mengikuti di belakang Hayfa. Gadis itu berjalan menuju bangku pojok kiri yang sudah terisi wanita berambut panjang yang sedang membelakangi pintu, membuatku tidak bisa melihat wajahnya.

Ternyata benar ada yang ingin bertemu denganku? Kupikir hanya Hayfa sendiri atau itu alasan Hayfa agar tidak gugup. Jadi aku berfikir terlalu jauh? Sialan. Jangan bilang ... Hayfa ingin mencomblangkanku dengan wanita itu? Huh?!

Hayfa tersenyum kepada orang itu dan mengatakan jika aku sudah datang. Aku yang masih berdiri tanpa ingin duduk. Aku takut Hayfa benar-benar ingin mencomblangkanku dengannya.

Wanita itu mengangguk sebagai jawaban lalu menghadap kearahku yang kebetulan berdiri dibelakangnya. Aku mematung, menatap tidak percaya wanita yang tengah tersenyum sendu kearahku. Tanganku mengepal, napasku naik-turun sebisa mungkin aku tidak membuat keributan disini. Mataku menatap tajam kearah Hayfa. Jadi dia membohongiku untuk ini? Sebenarnya orang yang ingin bertemu denganku adalah wanita ini?

"Han-ah¹ ...," panggil wanita itu lirih.

"Cukup! Jangan panggil aku dengan nama sialan itu! Jadi kau yang ingin bertemu denganku?" ucapku dengan nada sedikit meninggi. Aku tidak peduli dengan penghuni kafe yang mulai memperhatikan kami. "Huh jangan mimpi. Sampai kapanpun aku tidak ingin memaafkanmu! Luka yang kau goreskan tidak bisa sembuh begitu saja. Bisa, tapi luka itu sudah terlalu dalam," lanjutku dengan nada dingin. Aku berjalan keluar kafe dengan napas yang memburu. Masa bodoh dengan Hayfa, bisa-bisanya gadis itu ikut campur urusanku dengan urusan wanita sialan itu dan berbohong untuk hal ini.

Islammu Maharku (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang