12. Kau yang Kalah atau Aku yang Mengalah (Zhang Yi)

7K 1K 10
                                    

AKU menatap Vodka ditanganku. Ah rasanya enak dan menenangkan. Pikiranku tentang gadis dengan senyum lembutnya itu sudah lumayan hilang. Aku terkekeh mengingat kata-kata gadis itu. Kata-kata gadis itu benar-benar membuatku mati kutu dan membuatku kepikiran terus-menerus. Daripada perasaan dan pikiran gila itu membuatku tak terkendali lebih baik menikmatinya dengan cara ini bukan? Lebih menyenangkan. Dan tentu saja karena aku bisa melihat wanita-wanita cantik yang tengah menatapku penuh minat. Kurasa aku butuh pelampiasan saat ini. Masa bodoh dengan gadis itu, aku butuh sesuatu untuk menghilangkan dia sementara ini.

"Kau!" Panggilku kepada wanita berambut blonde panjang. Dia tidak henti-hentinya menatapku minat. Dia menunjuk dirinya sendiri, aku mengangguk dan melambaikan tanganku mengisyaratkan untuk cepat kearahku. Gadis itu berjalan anggun menuju arahku.

"Kenapa?" tanyanya.

Aku terkekeh. "Siapa namamu?"

"Jung Dabin," jawabnya.

"Nama yang cantik, persis seperti orangnya."

Dia terkekeh. "Kata-kata itu sudah basi, maaf saja."

Aku tergelak lalu mengangguk-anggukkan kepalaku. Sepertinya aku menyukai si Dabin ini. "Dan kurasa aku menyukaimu."

Dia tersenyum remeh kepadaku dan menjawab, "Ah benarkah? Haruskah aku merasa senang dan tersipu malu mendengar itu?"

Aku melebarkan mataku lalu tertawa, sedikit tidak menyangka sikap dan kata-katanya kepadaku, aku tidak tahu ini sebuah trik darinya atau bukan tapi dia sukses membuatku tertarik padanya.

"Tentu saja kau harus. Bukankah itu sebuah kehormatan untukmu?" godaku.

"Kehormatan apanya? Aku hampir setiap hari mendengar omong kosong seperti itu dari mulut sampah kalian. Semua pria sama saja pada akhirnya, aku jadi malas meladeni kalian" Gadis bernama Dabin itu tersenyum remeh, seakan-akan dia benar-benar sudah lelah mendengar pernyataan seperti itu.

"Aku tentu saja berbeda dari mereka, bukan? Mereka yang mengatakan hal itu kepadamu tidak bisa di bandingkan denganku," ujarku tersenyum padanya.

"Huh?! Kau percaya diri sekali. Apa yang membuatmu begitu percaya diri seperti itu? Apa yang begitu membuatmu istimewa" tatapnya.

Aku terkekeh geli lalu mendekatkan tubuhku pada gadis itu. "Apa pria yang mengucapkan hal yang kau anggap omong kosong itu ada yang lebih tampan dariku? Apa mulut seorang Zhang Yi masih terlihat sampah bagimu?"

Gadis itu mendengus angkuh, aku menunjukkan seringaiku. "Bukankah kau menatapku sedari tadi karena aku tampan? Kau juga menanggapiku sedari tadi," ucapku.

Gadis bernama Dabin itu menatapku lama lalu terkekeh. "Entahlah, sepertinya begitu. Aku akui dibanding pria yang mengatakan menyukaiku, kau adalah pria yang paling tampan," ucapnya dengan acuh tak acuh membuatku tertawa.

"Apa itu lucu bagimu?" tanyanya.

"Yeah tentu saja, aku rasa aku semakin menyukaimu."

"Terima kasih, kurasa kau sengaja melakukan itu. Apa yang kau inginkan?" tanyanya penuh sarkasme padaku. Gila aku benar-benar gadis yang sangat menarik, baru kali ini aku bertemu dengan wanita sepertinya, biasanya jika mereka tertarik denganku maka respon mereka ada dua, jika tidak bersikap seperti kucing yang malu tapi mau, mereka akan bersikap seperti hewan yang agresif. Tapi untuknya? Tipe seperti ini jarang sekali. Kata-katanya yang penuh percaya diri dan sangat sarkasme membuatku tidak apa-apa kecuali sangat tertarik dengannya.

"Memangnya apa yang aku inginkan?" tanyaku tersenyum manis padanya.

"Jangan berbelit-belit, apa kau tidak punya kosa kata lagi?" sindirnya dengan nada acuh tak acuh.

Islammu Maharku (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang