14. Mengganggu (Lin Yi)

6.5K 1K 11
                                    

SUDAH kubilang aku akan terus mengganggu Hayfa, aku menepati ucapanku kan? Ini sangat seru, saat wajahnya kesal ia sangat menggemaskan. Belum lagi saat mati-matian ia mencoba untuk tidak marah, wajahnya sungguh membuatku ingin mendekapnya sekuat mungkin agar tidak ada seorang pun yang melihatnya dan hanya untukku saja.

Dan ya sekarang aku hanya melihat Hayfa dengan dua tetangganya yang akhir-akhir sering sekali bersama. Namanya Chorim Noona, si kecil Juno dan si bocah kurang ajar, Jiho. Mereka sedang berbincang hangat. Hei, apa mereka bahwa ada aku disini? Dasar para pengganggu! Terutama si bocah kurang ajar, aku sangat tidak menyukai bocah itu. Saat aku selalu bersama Hayfa, dia akan selalu muncul, rasanya dia selalu ada dimana-mana jika aku bersama Hayfa. Dan itu sangat menggangguku. Bahkan dia selalu makan bersama dengan Hayfa?! Dari tatapan matanya Jiho seakan mengatakan kalau dia menyukai Hayfa. Bahkan saat ada aku sekalipun dia tidak henti-hentinya menunjukkan perhatiannya. Menyebalkan! Yang benar saja?! Hayfa tidak mungkin menyukai seorang bocah seperti dirinya. Jelas saja Hayfa juga menunjukkan perhatiannya tapi sebagai kakak. Aku tertawa dalam hati, kasian sekali Jiho. Harusnya dia sadar diri!

Aku menatap Hayfa lekat. Dia tertawa sangat cantik tapi mengingat dia tertawa bukan karenaku, aku sedikit menatapnya kesal. Hei dia tidak benar-benar lupa jika aku ada disini kan? Setidaknya lihat aku.
Ketika dia menolehkan kepalanya padaku, aku melihat Hayfa sedikit bingung dan sedikit terkejut. Apa dia baru menyadari jika aku ada disini? Aku mendengus, tidak menyangka akan di acuhkan seperti ini. Dimana kebanyakan wanita yang selalu memujaku dan berusaha untuk menarik perhatianku saat mereka aku mengabaikan mereka. Apa ini balasan karena selama ini aku mengabaikan mereka dan malah aku yang berusaha menarik perhatian Hayfa sekarang?

"Noona, aku ingin bertanya." Aku menatap Jiho datar. Dasar bocah! Apa dia terlalu bodoh hingga bertanya pada Hayfa? Benar-benar cari perhatian, dengusku.

"Silahkan. Selama aku bisa menjawabnya, maka aku akan berusaha menjawabnya dengan baik." Oke mari dengar apa mau si Jiho ini.

"Kenapa Noona selalu memakai kain itu di kepala, Noona? Apa Noona tidak merasa panas?" tanya Jiho.

Ya, sebenarnya aku junga ingin tau kenapa Hayfa menggunakan itu. Bahkan mahasiswa-mahasiswa dari timur tengah pun banyak menggunakan itu, tapi kenapa yang aku lihat hanya

Hayfa yang lebih tertutup? Dan pakaiannya bahkan sampai menyapu lantai saking besar dan panjangnya.

"Sejujurnya aku juga penasaran akan hal itu."  Aku mengangguk dalam hati karena suara dipikiranku tersampaikan oleh Chorim Noona.

Hayfa tersenyum setelah terdiam sejenak. "Hijab ini adalah sebuah simbol atau identitas diri dari agamaku dan ini adalah wajib hukumnya untuk wanita muslim sepertiku. Tuhanku yang memerintahkannya untuk kebaikan diriku sendiri agar aku terlindungi. Merasa panas? Ya memang terkadang juga terasa panas dan gerah saat siang, tapi ini adalah kawajibanku sebagai hamba-Nya. Panas ataupun dingin, selama ini untuk kebaikanku kenapa tidak?"

Kebaikan apanya?! Ini melanggar kode kebebasan dan hak seorang wanita menurutku! Apa Hayfa benar-benar tidak sadar? Dia sedang di pasung oleh agama dan Tuhannya.

"Kebaikan apanya? Itu hanya untuk mengekangmu saja, harusnya kau sadar!" ucapku datar.

Hayfa menjawabnya tanpa melunturkan senyum indahnya. "Hijab ini tidak mengekangku. Justru ini untuk melindungiku dan aku nyaman menggunakannya. Tidak mungkin Tuhanku memerintahkan sesuatu tanpa ada manfaat dibaliknya."

Manfaat? Oke ini benar-benar lelucon. Hayfa terlalu polos sehingga ia tidak menyadari bahwa sebenarnya Tuhannya mengekangnya. Jujur aku sedikit kesal dengan sifat polosnya itu. "Kalau begitu, coba jelaskan manfaat apa yang dimaksud Tuhanmu itu?" ucapku datar sedikit mengangkat ujung bibirku samar.

Islammu Maharku (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang