21. Men and Black Hoodie (Hayfa)

5.4K 834 7
                                    

PERASAANKU saja atau pria yang memakai topi dan hoodie hitam tadi terlihat seperti Zhang Yi? Entahlah saat tadi di masjid aku diam-diam meliriknya, orang berhoodie hitam juga melirikku dan teman-temanku, untungnya aku berhasil terlihat tidak mencurigainya.

Tidak mungkin Zhang Yi kan? Untuk apa juga dia mengikutiku? Tapi orang itu selalu melirik kami, tidak mungkin kan orang itu adalah seorang stalker? Astaghfirullahal'adzim, aku seharusnya tidak boleh berprasangka buruk. Siapa tahu orang tadi hanya penasaran bukan? Rencananya setelah sholat dzuhur di masjid ini kami akan pergi mengunjungi Namsan Tower, tapi sepertinya niat itu tidak bisa terlaksana sekarang karena Chorim Unnie tadi meneleponku dan memintaku untuk menjaga Juno.

"Huwaaa~ ... Hayfa-ya, apa benar-benar tidak bisa?" rengek Nara. Ia mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil.

Aku terkekeh. "Maafkan aku, sebenarnya aku ingin tapi mungkin lain kali, sekarang Juno membutuhkanku, belum lagi Jiho juga mengirimiku banyak pesan."

Ya sejak tadi Jiho mengirimiku pesan dan isinya remaja itu meminta untuk dibuatkan kue, entahlah aku tidak tahu kenapa remaja itu memintaku membuatnya. Sebenarnya aku ingin melihat Namsan Tower lebih dekat, semenjak aku menginjakkan kaki di Korea Selatan, aku sama sekali belum pernah jalan-jalan untuk menikmati indahnya Korea Selatan lebih dalam.

"Sebenarnya kenapa kau tidak bisa, Hayfa-ya?" Aku menoleh kearah Jaehyuk lalu tersenyum canggung.

"Ah aku minta maaf, sebenarnya Chorim Unnie memintaku menjaga Juno dan ini mendadak," jawabku.

"Lalu Jiho? Siapa dia? Pria atau wanita? Kenapa dia mengirimu pesan?"

"Ya! Songjunnie, pelan-pelan dan satu-satu, kau terlihat cemburu jika seperti itu," ucap Nara, entah nadanya terdengar tidak enak? Atau perasaanku saja?

Songjun sedikit menarik hijab Nara, tidak terlalu kencang tapi setelah itu bisa ditebak mereka akan bertengkar, entahlah kenapa dua orang ini selalu bertengkar jika bertemu? Aku menggeleng-gelengkan kepalaku.

"Berhenti bertengkar. Ini Masjid," peringatku.

Mereka langsung tersenyum kuda dan menyalahkan satu sama lain. Aku menghela nafas lirih, sepertinya sedikit susah membuat mereka akur.

***

"Noona, kau dimana?"

"Aku sedang berbelanja di super market. Bersabarlah," jawabku kepada orang di sebrang telponku.

Baek Jiho. Remaja itu selalu meneleponku dan menanyakan dimana keberadaanku. Remaja itu memintaku untuk membuatkannya kue, jadi aku harus berbelanja karena di apartemenku bahan untuk membuat kue memang belum ada.

"Palli¹, Noona!"

"Iya iya sebentar, Juno sedang memilih es krim"

Ya setelah dari Masjid aku menjemput Juno ditempat penitipan dan untungnya tempat penitipannya sedikit dekat jadi tidak memakan waktu banyak.

"Kira-kira berapa menit lagi?"

"Noona, aku mau es krim rasa itu!" tunjuk Juno ke arah es krim berwarna ungu. Aku mengangguk lalu mengapit ponselku dengan bahu dan telingaku di sebelah kiri.

"Sebentar Jiho-ya, aku tutup dulu." Tanpa mendengarkan Jiho lagi aku menutup ponselku sepihak setelah mengambil es krim yang Juno inginkan. Tidak sopan memang. Tapi aku tidak ingin terlalu terburu-buru sehingga banyak yang aku lupakan dan yang lebih aku takutkan nanti terjadi hal yang tidak diinginkan. Na'udzubillah.

Setelah memberikan es krim yang sudah kubuka bungkusnya kepada Juno dan bocah itu langsung memakannya. Aku mencubit pipi Juno gemas lalu berjalan menuju kasir. Saat menuju kasir aku melihat ada seorang bertopi dan berhoodie hitam berada di rak seberang. Tunggu, kenapa orang itu persis yang ada di masjid? Aku tentu ingat betul dengan model hoodie yang orang itu pakai dan ya mirip sekali. Mungkinkah mereka orang yang sama?

Islammu Maharku (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang