AKU menatap jam ditanganku yang sudah menunjukkan pukul 13.56 waktu Shanghai, aku menggendong Yeonghoon ditanganku setelah memintanya pada pramugari.Setelah dari rumah Khalid aku langsung memberitahukan ibuku jika aku akan kembali ke China lalu melanjutkan studiku ke Pakistan setelahnya dan tentu saja aku sudah meminta Ayah tiriku untuk mengurus graduation-ku. Aku sudah memutuskan untuk tidak mengikutinya, yah selain karena Ayah tiri-ku itu seorang rektor, aku juga memiliki beberapa prestasi di sana, jadi lebih mudah untukku jika tidak mengikutinya. Jadi habis dzuhur tadi aku langsung terbang menuju Shanghai, tempat tinggal Ayah kandungku dan ibu tiriku sebenarnya.
Awalnya sebenarnya aku tidak ingin menggunakan jet pribadi milik ayahku dan aku berniat menggunakan pesawat biasa saja tapi mengetahui ada bayi yang sedang aku bawa jadi aku menggunakannya. Aku takut Yeonghoon ataupun orang-orang dipesawat akan terganggu. Walaupun ada kelas bisnis tetap saja aku tidak yakin dengan kondisi Yeonghoon nanti.
Meskipun Yeonghoon lahir dengan selamat dan sehat, tetap saja bayi itu lahir prematur dan masih membutuhkan ASI, sangat disayangkan Dabin tidak ingin -bukannya tidak ingin tapi dia tidak bisa merawat Yeonghoon, tidak mungkin juga aku membawa dia ke Pakistan. Untung saja wanita itu memberikan beberapa kantong ASI dan susu pengganti dari dokter, jadi aku bisa tenang selama perjalanan.
Sekarang aku sudah berada di mobil pribadi milik ayahku yang seperti aku duga, ayahku pasti sudah tahu sebenarnya. Mata-mata yang beliau kirimkan untukku tidak main-main kinerjanya.
"Tuan muda-"
"Panggil aku Yi'er saja Paman Cheng, aku bukan anak yang gila hormat lagi dan tolong jangan bicara formal padaku. Lagi pula aku tidak melupakan orang yang sudah merawat dan menemaniku sejak kecil," ucapku kepada Paman Cheng yang sedang menyetir.
Terlihat dari kaca spion depan pria paruh baya itu sedang tersenyum, aku pun ikut memasang senyumku. Memang dulu aku tidak begitu peduli pelayan-pelayan dirumah memanggilku apa, asal sopan dan tahu etika karena aku masihlah seorang tuan muda. Tapi kali ini tidak lagi. Dan sejak kecil ketika aku tidak ingin memiliki teman lagi semenjak kepergian ibu dan kakakku, aku yang selalu ditemani oleh Paman Cheng dan pelayan-pelayan yang lain ketika aku tengah sedih teringat ibu dan kakakku. Mereka juga yang melindungi aku dari ibu tiriku saat aku dimarahi karena tidak menuruti ucapannya. Yah itu dulu, semoga saja ibu tiriku bisa kembali berubah dan melunak nantinya.
"Yi'er sudah lama sekali ya? Kau sudah tumbuh sedemikian banyak. Kau juga semakin tampan," ucapnya.
Aku terkekeh, "Alhamdulillah, terima kasih pujiannya, paman."
Jika ini aku yang dulu, mungkin aku akan membangga-banggakan dan akan sedikit menyombongkan diriku. Tapi semenjak aku kenal islam, rasanya aku tidak butuh hal seperti pujian dan sikap menyombongkan diri itu lagi. Sombong hanya milik Allah. Awal aku mendengarnya rasanya sangat aneh dan penuh tanda tanya dari dalam diriku. Tapi melihat jawabannya membuatku terdiam kagum.
"Bagaimana kau bisa sombong sedangkan kau tercipta dari tanah? Bagaimana kau bisa sombong sedang kau milik-Nya. Milikmu tidak sebanding dengan milik-Nya, kau tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan-Nya. Sepantasnya Allah-lah yang berhak untuk sombong. " Dan kata-kata yang Khalid sampaikan menjadi motivasi untukku sejak saat itu. "Kita di atas untuk turun, kita dibawah untuk naik, jatuh untuk bangkit dan terbang untuk membumi. Jadi simpanlah sikap sombongmu baik-baik."
Aku melirik Paman Cheng yang tengah tersenyum. Kurasa Paman Cheng juga sudah tahu jika aku juga seorang muslim ditambah diamnya beliau ketika melihat Yeonghoon digendonganku, menandakan ayah sudah memberitahukannya.
***
Aku berjalan tanpa memperdulikan pandangan dan bisikan-bisikan yang mengarah padaku dan Yeonghoon. Aku sudah biasa menghadapi hal seperti ini bedanya bisikan dan pandangan mereka jelas memandangku seakan aku orang yang salah. Ya mungkin karena ada bayi ditanganku. Sudahlah sekarang tidak penting mendengar dan mengambil prasangka orang lain. Mereka bebas mau menilaiku seperti apa, ditambah lagi ini dunia perkantoran dan bisnis, hal semacam ini sudah seperti makanan sehari-hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Islammu Maharku (Sudah Terbit)
EspiritualVersi Revisi ada dibuku **** "Aku mencintaimu, tapi kenapa kau menolakku? Aku tampan, pintar, populer dan aku bisa melakukan apa pun dengan mudah. Apa yang kurang dariku?" -Zhang Yi "Kau sangat tampan. Wanita mana pun jika dijadikan kekasih olehmu m...