42. Reasons (Zhang Yi)

4.5K 732 9
                                    

"JADI kau mengadopsinya?" tanya Khalid seraya membaca buku ditangannya.
Aku berdehem dan mengangguk mengiyakan. "Ya begitulah, aku sudah menjadi ayahnya."

Aku menghempaskan tubuhku pada kasur milik Khalid dan menopang kepalaku dengan kedua tanganku. Aku menghela nafas. "Maafkan aku jika tidak sopan."

Khalid tersenyum, "Tidak apa-apa, anggap saja seperti rumahmu sendiri."

Aku tersenyum, sejujurnya aku sangat lelah. Ini sudah satu minggu sejak proses persalinan Dabin dan aku yang merawat anaknya, dibantu oleh ibuku.

"Tapi, Zhang. Kenapa wanita itu menolakmu? Bukannya dia yang lebih dulu mengajakmu menikah?" tanya Khalid.

Aku melirik Khalid yang tengah menatapku lalu memejamkan mataku. Kata-kata penolakan dari Dabin terlintas di pikiranku.

"Maaf, Zhang. Aku menolak," jawab Dabin, setelah aku menjelaskan jika aku akan menikahinya dengan syarat jika ia ingin berislam.

"Padahal kau yang lebih dulu memintaku menikahimu. Kenapa kau malah menolaknya?" tanyaku. Sejujurnya aku lega mendengar Dabin menolak lamaranku.

Ah apa benar ini lamaran? Selain memang karena permintaan ibuku, sebenarnya aku juga merasa kasihan dengan wanita didepanku yang tengah terbaring ini tapi rasanya ada yang aneh.

Dabin menghela nafas, "Zhang ... sejujurnya aku senang mendengar kau bersedia menikahiku, tapi jika di pikir-pikir kembali, aku jadi terlihat lemah jika kau menikahiku karena melihat kondisiku sekarang. Aku pikir, aku tidak ingin dikasihani." Senyumnya.

"Selain itu kita berbeda. Bukannya aku memandang sebelah mata dirimu yang sudah memiliki islam sebagai agamamu, tapi aku terlahir sebagai seorang Katolik dan ayahku menginginkan aku untuk tetap berdiri teguh memegang agamaku."

Aku mengangguk, secara tidak langsung Dabin menolak untuk memeluk islam dan bukannya benci, hanya saja dia tidak yakin sama halnya denganku dulu, memegang apa yang dijadikan prinsip oleh kami.  Karena sekarang aku sudah menemukan dan memiliki tujuan, prinsip, visi juga misi dalam islam yang ingin aku capai.

Dabin tersenyum ke arahku. "Dan lagi, kau mencintai wanita yang memakai penutup kepala itu bukan?"

Deg

Benar. Aku tidak bisa membohongi hatiku bahwa aku mencintai Hayfa, mungkin sangat? Entahlah, saat aku melihatnya, aku semakin ingin mempelajari islam.

Kastaku dan kastanya dalam pengetahuan islam dan keimanan kepada-Nya masih sangat jauh. Tentu saja, sejak ia lahir sudah memeluk islam dan tumbuh dengan ajaran islam. Sedangkan aku? Tapi aku tidak ingin kalah, sebisa mungkin aku ingin mempelajari semuanya dan rencananya pun selesai acara graduation-ku, aku ingin melanjutkan studi ke luar negeri untuk mengambil jurusan agama islam, mungkin di Universitas Umm Al-Qura, Arab Saudi? Tapi entahlah, yang mana saja asal pengetahuanku tentang islam semakin bertambah, tidak masalah bagiku.

"Aku tahu, Zhang. Kau bukan hanya mencari seseorang yang memiliki Tuhan yang sama denganmu tapi kau juga mencari seseorang yang baik juga mampu berjalan bersama kearah yang benar. Dan itu semua pasti ada pada wanita itu bukan?"

"Aku tidak ingin menjadi seseorang yang jahat, Zhang. Aku yakin kalian pasti akan bersatu." Aku mengaminkan dalam hati. Semoga saja.

Dabin tersenyum, "Jika nanti kau bertemu dengannya, sampaikan salam maaf-ku dan juga untukmu tolong maafkan aku yang bertingkah bodoh dan gila padamu kemarin"

"Masya Allah. Ternyata seperti itu alasannya, semoga Allah membuka hatinya untuk islam," ucap Khalid setelah mendengar penjelasanku. Aku menatap sekilas Khalid yang tersenyum saat berdoa untuk Dabin. Aku memalingkan wajahku lalu tersenyum dan mengaminkan doa Khabib.

Islammu Maharku (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang