35. Will You? (Zhang Yi)

4.6K 804 9
                                    

AKU menunggu dengan tidak sabar didepan halte bus. Kata Hayfa sebentar lagi dia akan sampai, kenapa kami tidak bersama saja dari apartemen?

Tidak. Tidak bisa, aku baru selesai menyelesaikan urusanku dengan Taewoo, Yibo dan Zhiguang sekaligus menginap dirumah Yibo, aku  tak ingin ambil resiko jika pria itu masih ada di apartemanku. Dan aku berpura-pura baru keluar dari apartemen padahal aku butuh beberapa menit untuk kembali ke halte depan apartemen kami. Aku bahkan sampai memarahi Taewoo yang tidak becus mengendarai mobilku, padahal mobilku adalah mobil sport dan tentu saja harganya sangat mahal tapi pria itu mengendarainya seperti siput saja.

Demi kelancaranku hari ini, aku sampai memilih baju sampai satu jam lebih. Tidak seperti aku biasanya tapi memang inilah, entah kenapa aku gugup dan tidak percaya diri untuk berhadapan dengan Hayfa.

"Ah maaf O-Oppa, aku telat. Aku harus membelikan Juno es krim di minimarket depan," sapanya setelah aku menunggu kurang lebih lima menit. Gadis itu juga masih terbata-bata memanggilku sebutan Oppa.

Aku mengacungkan jempol pada Juno tapi bocah itu malah menunjuk es krim ditangannya dan menatapku tajam. Aku tahu pasti bocah itu mengancamku jika tidak memberikannya es krim.

Oke, aku memang sengaja menyuruh Juno untuk meminta kepada Hayfa agar membelikan bocah itu membelikannya es krim. Ini memang rencanaku, aku sudah menyangka akan sedikit terlambat untuk ini. Maka dari itu aku mengantisipasinya dengan menyuruh Juno untuk merengek kepada Hayfa. Sudah pasti Hayfa akan mengajak Juno dan Hayfa akan memenuhi semua yang bocah itu inginkan.

Aku menatap penampilan Hayfa. Dia benar-benar cantik dengan setelan berwarna ungu. Sepertinya aku suka dengan warna itu, dia lebih cocok dan terlihat lebih manis. Ah tunggu sebentar, gadis itu mau memakai warna apa saja aku akan tetap menyukainya.

"O-Oppa?" panggil Hayfa membuatku tergagap.

"Ah n-ne? Gwenchan-a, Hayfa-ya. Kajja!" ajakku dan kebetulan bus yang kami tumpangi akan datang.

Kamipun masuk setelah pintu bus yang terbuka dan untungnya lumayan sepi. Aku duduk di kursi belakang persis yang selama ini aku lakukan setiap hari kepada Hayfa.

Sore ini kami berencana untuk pergi ke Namsan Tower. Aku berencana menyatakan perasaanku disana, bukan hanya menyatakan tapi aku juga ingin menjadikannya milikku selamanya.

Hubungan sepasang kekasih sampai menikah nanti dengan Hayfa pasti akan sangat menyenangkan. Membayangkannya sudah membuatku mengembangkan senyumku.

"Hayfa-ya," panggilku dan langsung membuat Hayfa menoleh dan Juno yang menatapku polos.

"Apa kau ingat saat Juno memanggil kita dengan sebutan Appa dan Eomma?" tanyaku terkekeh. "Bahkan orang-orang benar-benar mengira kita adalah sepasang suami istri."

Hayfa kembali menatap ke depan. "A-Aku tidak ingat, itukan paksaan darimu."

Aku tersenyum lalu memajukan kepalaku dan meletakkan daguku disandaran kursi sebelah Hayfa. "Ey ... kau berbohong. Kau bilang tidak ingat tetapi wajahmu memerah."

"Y-Ya! B-Berhenti menggodaku," teriaknya pelan dan terlihat sedikit sebal.
Aku semakin terkekeh lalu menatap Hayfa yang menunduk pura-pura mengabaikanku dengan berbicara dengan Juno. Aku mendaratkan tanganku diatas kain hijab dikepalanya lalu mengusapnya lembut.

Hayfa terlihat terkejut, terasa saat tanganku mendarat di kepalanya, tubuh gadis itu sedikit terlonjak. "Aku suka saat mereka menganggap kita sebagai sepasang suami istri, aku menantikan hari itu benar terjadi," bisikku pelan padanya.

***

"Noona, lihat! Awannya berwarna biru, yeppoyo¹!" Tunjuk Juno ke atas.

"Juno-ya, itu bukan awan tapi langit." jelas Hayfa.

Islammu Maharku (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang