AKU memegang pelipis kananku dan mengusapnya beberapa kali, sejak tadi aku tidak henti-hentinya tersenyum. Ah mengingat betapa lembutnya Hayfa menempelkan plester diwajahku tadi pagi membuat hatiku senang. Hm mungkinkah Hayfa sudah mulai tertarik kepadaku? Dia tadi terlihat khawatir dengan masalahku. Juga, kulihat tadi dia tadi menutup wajah saat aku menggodanya, mungkin dia tersipu malu? Ah jika seperti itu berarti aku tidak lama lagi akan memiliki gadis dengan senyum manis itu bukan?
Saat aku sibuk dengan lamunanku tentang Hayfa, ada yang menepuk pundakku sedikit keras. Rasanya aku ingin mengumpati orang itu karena mengganggu suasana senangku, untung saja aku sedang tidak mood untuk menghajarnya.
"Zhang, ini nampanmu," ucap Taewoo memberikan nampan berisi makanan kepadaku lalu ia duduk disampingku.
Setiap dua fakultas memiliki satu kantin. Artinya karena fakultasku berhadapan langsung dengan fakuktas psikologi, jadi jangan heran jika aku bisa duduk berdua dengan Taewoo. Ah ya kalian ingat Taewoo kan? Ya orang yang mendapatkan pukulan mentah dariku karena mengatakan hal tidak pantas tentang Hayfa. Pria itu sekarang menjadi temanku setelah memohon-mohon dan mau melakukan apa saja untukku. Aku mana mungkin tidak menggunakan kesempatan ini lalu sejak saat itu aku menyuruh Taewoo untuk melaporkan kegiatan Hayfa padaku. Menguntungkan bukan? Setidaknya aku tidak akan disebut sebagai penguntit secara langsung.
"Zhang, kau sejak tadi selalu tersenyum. Kau terlihat bahagia," tanyanya, memicingkan mata.
Aku sedikit terbatuk lalu menormalkan kembali wajah datarku. Ah tanpa aku sadari ternyata aku masih tersenyum dan membuat Taewoo kebingungan. Ah apa terlihat jelas jika aku terlihat senang? Oh bagus Zhang, lihatlah Taewoo melihat aneh ke arahmu.
"Apa aku tidak boleh bahagia?"
Taewoo terlihat panik. "B-Bukan seperti itu. Hanya saja aku sedikit yakin apa yang membuatmu sebahagia ini." Ia tersenyum menyebalkan kepadaku.
"Kurasa karena Hayfa kan. Sedari tadi kau memegang plester dipelipismu lalu tersenyum. Pasti itu dari Hayfa kan?" tebaknya.
Aku sedikit terkejut tapi dengan cepat aku menormalkan kembali ekspresiku kembali. Hei, bagaimana bisa dia menebaknya secara tepat? Apa mungkin dia melihatku dan Hayfa di lift tadi pagi? Ah saat itu hanya ada aku dan Hayfa, tidak mungkin Taewoo memantau lewat cctv 'kan?
Seakan mengerti kebingunganku Taewoo terkekeh. "Zhang, kau lupa siapa aku?"
"Yang jelas kau manusia," jawabku datar.
Taewoo berdecak sebal. "Kau lupa aku mahasiswa psikologi? Tentu saja aku bisa membaca ekpresimu dan suasana hatimu. Dan sejak kau memukulku, aku tau kau tertarik kepada Hayfa," lanjutnya.
Sial. Aku lupa kalau dia mahasiswa psikologi. "Lupakan. Kau punya kabar tentang Hayfa?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.
"Ah ... Kudengar hari minggu besok, Hayfa dan teman-temannya akan pergi ke Seoul Central Mosque," jawabnya.
Aku mengernyitkan dahi bingung. "Untuk apa?"
"Entahlah. Yang kudengar hanya kata 'Al-Quran'," jawab Taewoo sedikit susah saat menyebutkan kata terakhir. Aku hanya membalasnya dengan mengangguk-anggukkan kepala. Yang kutahu Al-Quran adalah kitab suci umat muslim. Ah aku mengerti, mungkin mereka akan beribadah?
Saat sibuk dengan pertanyaan dalam otakku, ada seseorang yang memanggil namaku. Aku menoleh kearah sumber suara lalu menatapnya datar. Disampingku sedang berdiri gadis cantik dengan berambut panjang sedang mengulurkan kotak makan kearahku.Tunggu. Bukankah gadis didepanku ini adalah member dari sebuah girl group? Siapa? Ah aku benar-benar lupa, oh atau mungkin tidak tahu? Entahlah, aku hanya merasa pernah melihatnya di televisi.
![](https://img.wattpad.com/cover/217722413-288-k914278.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Islammu Maharku (Sudah Terbit)
SpiritualeVersi Revisi ada dibuku **** "Aku mencintaimu, tapi kenapa kau menolakku? Aku tampan, pintar, populer dan aku bisa melakukan apa pun dengan mudah. Apa yang kurang dariku?" -Zhang Yi "Kau sangat tampan. Wanita mana pun jika dijadikan kekasih olehmu m...