Bab 14 Aneh

202 60 38
                                    

Terkadang kita tak boleh menebak dan menerka apa yang terjadi bahkan berburuk sangka pada suatu hal. Apa yang diawal dianggap baik bisa menjadi buruk dan apa yang diawal buruk belum tentu akan berakhir buruk.

~Problematika Rasa ~

Erlina POV

Mentari memunculkan keberadaannya dengan malu-malu, sinarnya masuk melalui jendela kamar gue, alhasil gue terbangun dan sesekali mengerjapkan mata. Gue membuka jendela untuk menyapa mentari yang tengah tersenyum menyinari bumi.

"Baru juga jam enam, masih pagi, "ucapku melihat jam dinding yang berada di kamarku, karena memang aku halangan jadi tidak menunaikan sholat subuh.

tok...tok....tok.... suara ketukan pintu yang semakin terdengar nyaring.

"Siapa ?" tanyaku

"Reynand, boleh abang masuk ?" tanyanya balik

"Iya sebentar," balasku, sembari mengambil Khimar dan mengenakannya, gue bergegas membukakan pintu.

"Ada apa bang pagi-pagi ke sini. Gue nggak mau ribut sama lo ya ! jangan merusak mood gue di pagi hari !" ancamku. Bang Rey terkekeh geli.

"Suudzon mulu, ayo kita cari-cari info tentang sekolah di sekitar sini," ajaknya.

"Hah ? Sekarang? ini masih pagi bang," ucapku kaget

"Bodoamat, sekalian jalan-jalan. Emangnya lo kerjaannya diem-diem bae, yaudah ayo buruan." serunya.

"Ya masa harus sekarang juga sih bang, hmmm oke tunggu 25 menit lagi gue mau mandi dulu," Balasku.

"Buset dah lama bener." kata bang Rey.

"Ya udah 15 menit lagi deh," ucapku. Bang Reynand menyetujui dan pergi. Gue bergegas ke kamar mandi dan bersiap-siap.

***

"Mana sih handphone gue ? kayaknya tadi malam gue taruh di atas nakas deh kok nggak ada," ucapku gusar seraya terus menerus mencari handphone.

"Nah ini dia, akhirnya ketemu." kataku saat gue menemukan handphone gue di dalam selimut. Kan tadi pagi gue lupa merapikan tempat tidur.

"Yah mana lowbat lagi, tadi malam lupa ngecas. Masa gue pergi nggak bawa handphone sih. Tapi kalau di bawa juga percuma, yaudah gue tinggal aja. Lagian juga nggak ada yang ngechat haha," ucapku menertawakan diri gue sendiri. Akhirnya handphone gue cas dan gue tinggal di rumah.

"Eh tapi kayaknya tadi malam gue denger notif deh, walau samar-samar karena gue udah ngantuk banget jadi males buka, nanti kalau itu penting gimana ya. Masa bodo palingan juga pesan dari operator." gumamku

Gue menuruni anak tangga dan menghampiri bang Rey yang sudah berkacak pinggang sepertinya mau mengomeli gue.

"Katanya 15 menit, ini udah setengah jam. Lama bener, lo tadi keliling Paris dulu." ucapnya ketus

"Hehehe masa sih bang, kayaknya 15 menit deh." ucapku cengar-cengir tak merasa bersalah.

"Yaudah ayo, eh tapi gue mau pamitan dulu sama papa mama." ucapku

"Gue ikut," balasnya

Gue ke kamar mama tapi tidak ada orang, ke ruang keluarga sama saja mama dan papa tidak ada di sana.

"Gimana ada nggak ?" tanya bang Rey.

"Nggak ada, lo tau nggak sih papa mama dimana bang ?" tanyaku balik.

"Tadi pas habis subuh mama sama papa gue mau pulang, mereka ikut nganter ke depan rumah sama gue juga. Tapi setelah itu gue nggak tau soalnya gue joging," jelasnya.

Problematika Rasa [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang