Bab 17 Risau

189 49 12
                                    

Tidak usah risau. Duduklah semalam suntuk di sini untuk menumpahkan semua kekesalan hidupmu. Risau adalah cara jarak menyadarkanmu, bahwa telah ada musim-musim panjang yang kau abaikan.

~Azzam Fahmi Saputra~

Azzam POV

Gue bingung harus daftar sekolah dimana lagi. Karena hasil pengumuman tadi pagi menunjukkan bahwa gue nggak diterima di sekolah itu.

"Huh, harus kemana lagi ini." ucapku gusar.

Gue menuju balkon untuk mencari udara segar. Entah mengapa malam ini kamar gue terasa sesak dan pengap, padahal hari-hari biasanya tidak. Mungkin gue lagi banyak pikiran dan cemas.

Kutatap gelapnya langit malam, terlihat bintang berkelap-kelip di atas sana. Bintang yang setia menemani bulan. Dengan bintang, bulan lebih berani mengarungi kegelapan.

Sesekali gue melihat hiruk pikuk kota Semarang. Saat malam hari terlihat begitu cantik. Tiba-tiba handphone gue berbunyi menandakan ada pesan masuk.

"Siap sih," gumamku.

Gue pun membuka handphone, terlihat ada notifikasi whatsapp dan ternyata pesan dari Erlina.

"Tumben ngechat. Kirain udah punya pacar trus jadi lupa sama gue." kataku menggerutu.

From : Erlina😬
Zam....

"Dih pakai manggil nama, biasanya kalau ngechat kok langsung nerocos kek kereta." batinku.

To : Erlina 😬
Iya.

Gue lagi banyak pikiran jadi gue balas sekenanya. Tak berseling lama Erlina mengirimkan pesan lagi.

From : Erlina 😬
Nggak jadi deh Zam.

"Maksudnya apa coba, nggak jelas." omelku.

To : Erlina 😬
Lah ? seriusan.

From : Erlina 😬
Hehehe iya.

Gue hanya membaca pesan dari Erlina tanpa berniat untuk membalasnya, karena menurutku pesannya gak jelas.

Gue masih menikmati suasana malam yang bagiku begitu tenang. Sampai dinginnya angin malam seolah menulusup ke kulitku. Alhasil gue kembali ke kamar dan mencoba mengistirahatkan tubuh dan pikiran yang cukup penat.

Keesokan harinya saat gue sedang mencuci kuda besi kesayanganku. Tiba-tiba Samudra dan Raka datang.

"Woy masa lo kalah sama motor sih Zam." Celetuk Raka seraya terkekeh. Gue mengernyitkan dahi tak mengerti apa yang dikatakan Raka.

"Hahaha masa motornya udah mandi, sedangkan orangnya belum mandi." jelas Samudra.

"Serah gue lah," balasku ketus.

"Pagi-pagi dah ngegas lo. Mendingan lo mandi deh, nanti kita bantu cariin sekolah," ucap Samudra.

Mata gue seketika langsung berbinar tak percaya, "seriusan nih ?"

"Ya iyalah, kita kan sahabatan dari kecil. Apabila salah satu mengalami kesusahan kita harus membantu jangan egois." jelas Raka.

"Siap. Bentar gue mandi dulu. Elo kalau mau makan atau minum tuh di depan ada rumput sama air kran ya." ucapku bercanda beranjak pergi melangkahkan kaki menuju kamar mandi yang ada di kamar gue.

Problematika Rasa [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang