" Tidak akan pernah tertukar,
apa yang sudah Allah takar.
Tugas kita hanya mengangkat tangan, Dan sisanya biar Allah
yang turun tangan."~Erika Aryn
Author POV
"Saya..." kata Erlina masih menggantungkan perkataannya. Fahri hanya tertunduk pasrah mendengarnya.
"Maaf, kak Fahri kalau saya baru menerima lamaran kakak pagi ini." Ucap Erlina seraya mengenakan cincin pemberian Fahri di jari manis sebelah kiri.
Fahri pun terkejut mendengar jawaban Erlina. Pasalnya ia mengira kalau lamarannya akan ditolak tapi nyatanya tidak, justru lamarannya diterima. Fahri tak bisa membendung rasa bahagianya ia pun sempat meloncat kala mendengar jawaban yang Erlina berikan.
Untung saja keadaan di kampus mereka belum ramai karena terbilang masih sangat pagi, dan di samping kelas Erlina hanya ada mereka bertiga jadi kemungkinan tidak ada yang mendengar dan melihat momen ini. Momen dimana Erlina menerima khitbah dari Fahri.
Erlina hanya ingin merahasiakan hal ini karena lamaran memang sebaiknya tidak disebarkan atau diumumkan. Takutnya banyak orang yang tidak suka lalu berniat menggagalkan pernikahan mereka. Erlina tak ingin hal itu terjadi padanya.
"Alhamdulillah Ya Allah, akhirnya." Ucap Fahri begitu bahagia.
"Terimakasih Erlin terimakasih." Ucapnya lagi seraya memandang Erlina.
"Astaghfirullah belum boleh Fahri. Nanti ada saatnya kamu boleh memandanginya setiap waktu." Gumam Fahri seraya kembali menundukkan pandangannya. Erlina dan Samudra yang mendengar Fahri bergumam hanya geleng-geleng kepala.
Erlina menahan tawa ketika melihat Fahri yang salah tingkah. Sebelumnya ia tak pernah melihat tingkah Fahri yang seperti itu. Erlina menganggapnya lucu ketika bertingkah layaknya anak kecil yang mendapat mainan baru.
"Sekali lagi terimakasih ya, kamu sudah mau menerima khitbah dari saya." Ucap Fahri. Erlina mengangguk setuju.
"Nanti malam saya dan keluarga saya akan datang ke rumahmu lagi untuk membahas pernikahan kita." Kata Fahri. Erlina mengangguk lagi.
"Cie udah kita-kitaan nih." Ledek Samudra. Fahri menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia benar-benar salah tingkah.
"Gue ikut bahagia bang." Ucap Samudra seraya menepuk bahu Fahri.
"Gue doain semoga kalian diberi kelancaran sampai hari H." Kata Samudra lagi.
"Aamiin." Ucap Erlina dan Fahri serentak.
"Emm... it...itu aku... aku mau ke kelas dulu ya." Ucap Erlina gugup. Fahri mengangguk setuju.
"Iya, kita juga mau ke kelas masing-masing nih Erlin." Ucap Samudra.
"Oke... dah..." kata Erlina seraya meninggalkan mereka berdua.
Erlina masuk ke kelas sembari senyum-senyum sendiri. Ia masih tak menyangka bahwa ia menerima lamaran seniornya. Ia duduk di bangku miliknya, ia menutup wajahnya ia merutuki dirinya sungguh kenapa ia bisa segugup itu hari ini. Tapi di sisi lain ia juga sangat bahagia. Rasanya sekarang hatinya dipenuhi banyak bunga.
"Woi. Lo kenapa ?." Tanya Syakira
"Hah. Eng... nggak apa-apa." Ucap Erlina seraya membuka tangan yang menutupi wajahnya itu.
Erlina beralih menopangkan tangan kanannya di dagu sambil tersenyum. Hal itu membuat Syakira bergidik ngeri, pasalnya temannya ini sejak masuk kelas senyum-senyum sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Problematika Rasa [On Going]
Teen Fiction[Teenfiction-Romance-spiritual] #Rank 1 [treason] 19/04/2020 #Rank 1 [kisahcintaku] 01/06/2020 #Rank 3 [wound] 24/04/2020 ⚠️BELUM DIREVISI, REVISINYA NUNGGU ENDING ⚠️Cerita ini jauh dari kata sempurna :) BLURB: Ini kisahku. Yah aku Erlina Arynda A...