Bab 39 Kenapa ?

168 21 27
                                    

"Memendam rasa yang begitu dalam terhadap seseorang, mungkin salah. Salah karna dia telah ada yang memiliki."

~Problematika Rasa~

Jam dinding menunjukkan pukul 07:30 gue bergegas menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan gosok gigi. Setalah itu gue menuju meja makan, yah seperti biasanya mama, papa dan gue selalu sarapan bersama.

Sesampainya di sana terlihat papa dan mama sudah menunggu. Tanpa babibu gue langsung duduk di kursi sebelah mama.

"Pagi pa ma," sapaku.

"Pagi sayang," balas mama. Sedangkan papa tak menggubris panggilanku, justru sibuk memainkan handphonenya.

"Papa.... sapaan Erlin kok nggak di respon sih pa." ucapku mengerucutkan bibir.

"Pagi," balas papa tetap menatap layar handphone.

"Udah sayang papa mungkin lagi sibuk," bisik mama. Gue mengangguk setuju.

"Lho bi Sum kemana ma ?" tanyaku pada mama.

"Papa suruh bi Sumi libur satu minggu." bukan mama yang menjawab pertanyaanku, melainkan papa yang menjawabnya.

"Lah kenapa pa ?" tanyaku.

"Udah deh jangan kebanyakan nanya," ucap papa. Seketika gue terdiam.

Kita mulai sarapan tak lupa membaca doa sebelum makan.

"Mama yang masak semua ini ?" tanyaku.

"Iya sayang." balas mama.

"Duh Erlin nggak bantuin mama masak," ucapku lesu.

"Nggak apa-apa," kata mama seraya tersenyum.

"Masakan apa ini rasanya nggak enak." gerutu papa.

"Enak kok pa, masakan seenak gini dibilang nggak enak. Papa gimana sih." timpalku.

"Selera makanku hilang, lebih baik aku makan di kantor aja." ucap papa berlalu pergi.

Setelah papa menggerutu kemudian papa berangkat ke kantor. Seketika wajah mama berubah sendu. Gue berusaha menghibur mama.

"Sudah ma nggak usah di dengerin perkataan papa ya. Masakan mama enak banget, ini melebihi masakan restoran bintang lima. Pokoknya masakan mama nggak ada tandingannya deh." ucapku. Mama tersenyum hangat seraya memelukku.

"Ma Erlin boleh tanya nggak ?" tanyaku.

"Iya boleh kok sayang, kamu mau tanya apa." balasnya mengelus puncak rambut gue yang tertutup hijab.

"Eummm, kenapa papa akhir-akhir ini bersikap dingin sih ma ? dan kenapa papa suka marah-marah kaya tadi ?" tanyaku.

"Mama nggak tau sayang, tapi memang benar papa kamu sekarang berubah." ucap mama lesu.

"Mungkin papa banyak kerjaan dan sibuk, jadi papa capek. Bisa saja itu penyebab papa berubah dan suka marah-marah." ucap mama lagi.

"Iya ma, oh ya mama nggak ke toko kue ?" tanyaku.

"Nanti jam sepuluh mama ke toko. Lagian kan ada karyawan jadi mama berangkatnya nggak perlu pagi-pagi sekali." jawab mama.

"Kamu sendiri udah jam segini kenapa nggak ke sekolah ? kamu ngelibur ?" tanya mama.

"Erlina kan PKL ma, jadi berangkatnya jam setengah delapan." balasku.

"Oh iya mama lupa, kamu mandi sekarang gih nanti tinggal berangkatnya aja." pinta mama.

"Siap bos, Erlina mandi dulu." ucapku mengecup pipi mama.

Sejurus kemudian gue melangkahkan kaki menuju ke kamar. Gue mengurungkan niat untuk mandi karena baru jam tujuh pagi. Gue duduk di tepian ranjang dan memainkan handphone sebentar.

Problematika Rasa [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang