"Sakit yang terdalam adalah yang tak terlihat oleh mata. Kesedihan yang terdalam adalah yang tak terucap oleh kata"~Problematika Rasa~
Azzam POV
Setelah mengantarkan Erlina, gue pulang ke rumah. Alhasil gue memutuskan untuk tidak masuk sekolah.
Untung saja papa dan mama gue nggak ada di rumah, seperti biasanya mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Jadi tak ada yang memarahi gue karena tidak berangkat ke sekolah.
Sejurus kemudian gue bergegas mandi dan ganti baju karena habis hujan-hujanan. Gue mengenakan kaos oblong warna hitam. Yah menurut cewek-cewek, ketampanan gue bertambah dua kali lipat kalau mengenakan kaos hitam.
Gue melangkahkan kaki menuju ruang keluarga, untuk apalagi kalau bukan untuk main PS. Baru saja mau memulai game PlayStation, hp gue berdering terus menerus.
"Siapa sih ganggu aja." omelku.
Nama Citra yang muncul di layar handphone gue. Dengan cepatnya gue mengangkat panggilan telfon dari doi.
"Ih sayang, tadi gue wa lo kok nggak balas-balas sih. Gue udah spam chat, telfon berkali-kali nggak ada respon dari lo. Apa jangan-jangan lo punya cewek simpanan selain gue ya. Awas aja lo, gatau pokoknya gue marah sama lo." kata Citra menggebu-gebu.
"Nih anak kalau ngomel nggak ada titik komanya." batinku.
"Maaf sayang, tadi masih jam pelajaran jadi gue nggak pegang handphone. Gue nggak punya cewek simpanan yang, jangan suka suudzon gitu napa. Dan satu lagi jangan marah ya nanti cantiknya hilang lho." kataku.
"Jadi maksud lo gue jelek gitu kalau marah, ih kok ngeselin banget sih jadi pacar." Omel Citra.
"Duh maksud gue nggak gitu ihh. Sensi amat sih sayang. Sebagai permintaan maaf gue, gimana kalau nanti sore gue jemput sekalian kita kencan." ucapku.
"Oke deh boleh, awas ya kalau lo bohong. Dah sayang, gue mau lanjutin PKL dulu. Mumumu." Katanya.
"Have a nice day sayang." ucapku.
"Have a nice day too sayang." katanya sembari mematikan telfon.
"Hehehe punya pacar bawel bener dah, sukanya curigaan mulu. Tapi gue kok bisa sayang sama dia ya." kataku senyum-senyum sendiri.
Sepintas wajah Erlina memenuhi benakku. Kejadian tadi pagi benar-benar membuatku bertanya-tanya, perihal apa dan kenapa Erlina bisa serapuh itu. Gue sungguh tak tega melihat teman dekat gue seperti itu.
Entahlah saat melihatnya menangis, hati gue juga ikut sakit. Mungkin kedekatan gue dan Erlina sejak SMP sampai sekaranglah yang membuat gue bisa merasa yang dia rasakan.
"Sebenarnya gue ini kenapa sih. Dan kenapa gue juga merasa sesak kala melihat Erlina menumpahkan air matanya." ucapku mengacak rambut kasar.
"Ingin sekali gue menghapus air matanya, gue rela menjadi bahu bersandar baginya. Bagaimanapun juga gue harus membuatnya tersenyum, gue harus menghiburnya." kataku.
"Lah kenapa gue jadi mikirin Erlina sih. Oh iya motornya kan masih di taman, duh kalau hilang gimana." ucapku frustasi.
Gue bergegas mengirimkan pesan ke Bima untuk mengambil serta mengantarkan motor biru milik Erlina.
To : Bima
Bim, udah jam istirahat kan ?From : Bima
Yoi Zam.
Lah Lo kok malah tanya ke gue.
Emangnya lo nggak masuk sekolah ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Problematika Rasa [On Going]
Teen Fiction[Teenfiction-Romance-spiritual] #Rank 1 [treason] 19/04/2020 #Rank 1 [kisahcintaku] 01/06/2020 #Rank 3 [wound] 24/04/2020 ⚠️BELUM DIREVISI, REVISINYA NUNGGU ENDING ⚠️Cerita ini jauh dari kata sempurna :) BLURB: Ini kisahku. Yah aku Erlina Arynda A...