Hidup itu seperti mengendarai sepeda. Untuk menjaga keseimbangan, kamu harus terus bergerak."
~Albert Einstein~
Entahlah semua hari gue suka, terutama hari sabtu dan minggu, hari dimana bisa berleha-leha dan menikmati kebersamaan dengan keluarga di rumah.Tapi sebelum hari sabtu pasti akan berjumpa terlebih dahulu dengan hari jumat. Yang gue suka dari hari jumat sewaktu di sekolah yaitu pada jam istirahat kedua. Saat jam istirahat kedua, seketika kelas akan disetting layaknya kos-kosan.
Kenapa begitu ? yah karena jam istirahat kedua di hari jumat lebih panjang dari hari biasanya. Setelah menunggu cowok-cowok selesai menunaikan ibadah sholat jumat. Selanjutnya kita jajan di kantin, dan setelah jajan, biasanya teman sekelas gue berhamburan ke kelas untuk mensetting kelas menjadi kos-kosan.
Dimana lantai dingin dan keras itu kita jadikan tempat tidur, bagaikan tidur di kasur yang empuk. Selanjutnya kaki teman yang lain dijadikan sebagai bantal dan seterusnya.
Tapi sebelum menuju jam istirahat kedua, pastinya kita melalui beberapa jam pelajaran. Mata pelajaran sebelum istirahat kedua yaitu pelajaran matematika.
Gue dan Syakira duduk di kursi belakang. Sebelumnya pasti kalian tau kalau di kelas gue menerapkan sistem seating moving. Dan kali ini kebetulan gue mendapatkan jatah untuk duduk di bangku paling belakang.
Hanya jam istirahat kedua yang gue tunggu-tunggu. Saat bu Ririn menjelaskan, gue semakin bosan dan memilih tidur. Gue jarang mencatat pelajaran kalau duduk di belakang. Katanya duduk di belakang itu godaannya banyak, yah mungkin bisa dibilang begitu. Selain itu juga karena mata gue minus dan tidak pakai kacamata karena malu. Pasti tuh angka di papan tulis ngeblur semua. Jadi gue selalu pinjam buku tulis milik Syakira untuk gue salin di rumah.
"Er jangan tidur, tuh perhatian papan tulis ! nanti lo nggak paham tau." pinta Syakira
"Angkanya di mata gue pada hilang kaya si doi." balasku terkekeh.
"Bucin deh." ucapnya.
"Dah lah ngantuk gue, mana pelajaran bu Ririn ngebosenin lagi. Bikin gue tambah ngantuk. Jangan ganggu ! gue mau tidur." balasku.
"Terserah," ucapnya singkat.
"Oh ya, nanti kalau jamnya Bu Ririn udah selesai bangunin gue !" seruku pada Syakira.
"Oke, nanti gue bangunin lo. Kalau perlu gue siram lo pakai seember air comberan." balasnya ketus. Gue tidak menggubris perkataan Syakira dan memilih tidur.
"Woiiii bangun kagak jajan lo Malih." suara teriakan seseorang tepat di kuping gue yang tertutup hijab.
Alhasil gue terbangun, sesekali nengerjapkan mata mencoba melihat siapakah yang sudah membangunkan gue. Ternyata Diana Yushita. Terlihat Syakira menahan tawanya.
"Bangunin sih bangunin tapi nggak usah pakai teriak di kuping gue segala. Bisa-bisa budeg ntar kuping gue denger suara toa lo." ucapku ketus.
"Ye, bukannya bilang makasih karena udah dibangunin. Nah ini malah ngomel." balas Diana.
"Hmm ya makasih Malih." ucapku
"Ya udah ayo jajan." ajak Syakira.
"Temenin gue ke toilet dulu, gue mau cuci muka biar segeran dikit." pintaku.
"Gitu aja minta ditemenin, ya udah ayo jangan kebanyakan cingcong." ucap Diana.
Kita keluar dari kelas untuk menuju ke toilet serta ke kantin. Gue berjalan di depan Syakira dan Diana, karena mereka banyak cingcong jadi gue memilih meninggalkan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Problematika Rasa [On Going]
Ficção Adolescente[Teenfiction-Romance-spiritual] #Rank 1 [treason] 19/04/2020 #Rank 1 [kisahcintaku] 01/06/2020 #Rank 3 [wound] 24/04/2020 ⚠️BELUM DIREVISI, REVISINYA NUNGGU ENDING ⚠️Cerita ini jauh dari kata sempurna :) BLURB: Ini kisahku. Yah aku Erlina Arynda A...