Bab 22 Mencintai cowok yang sama

192 39 14
                                    

Jangan pernah menganggap dirimu seseorang yang kurang beruntung.
Karena tanpa kamu sadari banyak orang di luar sana yang ingin berada di posisimu dan ingin menjadi seperti dirimu.

~Shanum Diya Syakira~

Pagi memang awal dari sebuah hari dan pagi juga awal dari sebuah proses terwujudnya mimpi.

Setiap pagi gue selalu berkata pada diri sendiri bahwa ini akan menjadi hari yang baik. Tapi tidak dengan pagi kali ini, firasat gue seakan berkata bahwa pagi ini akan ada hal yang menjengkelkan.

Perasaan gue tiba-tiba tidak enak, pasalnya kemarin gue membolos di jam pelajaran bu Friska. Seperti yang diberitahukan oleh Diana kemarin, bu Friska adalah guru terkiller di jurusan akuntansi.

Gue melangkahkan kaki menuju kelas, kebetulan kelas gue melewati ruang jurusan akuntansi. Ruangan itu terlihat lebih menyeramkan daripada ruangan Bk. Dan pastinya gue melewati ruangan bu Friska. Gue mempercepat langkah saat melewati ruang jurusan dan tiba-tiba Bu Friska memanggil gue. Mau tidak mau gue memberhentikan langkah dan menghampiri bu Friska.

"Iya bu ada yang bisa saya bantu ?" tanyaku berusaha tenang padahal gue takut.

"Kamu yang bernama Erlina kan ?" by Friska malah balik bertanya kepada gue.

"Iii.... iya bu," balasku gugup.

"Tolong sampaikan sama teman kamu yang bernama Syakira, Ema, Alex dan juga Febry. Nanti jam istirahat suruh menemui saya di ruang saya ! oh ya kamu juga ikut." pintanya dengan tatapan tajam khas guru killer.

"Baik bu nanti saya sampaikan, kalau begitu saya permisi dulu bu. Assalamualaikum," pamitku kepada bu Friska dan berlalu menuju ke kelas. Bu Friska menjawab salamku.

"Tuh kan firasat gue benar, pasti bakalan ada hal yang menjengkelkan. Dan nanti pasti bu Friska akan menghukum gue dan yang lain kerena kemarin bolos." gerutuku seraya menghentakkan kaki kesal.

Sejurus kemudian gue sampai di depan kelas, tak lupa membuka sepatu dan menatanya di rak sepatu. Gue melenggang masuk ke kelas, tak lupa mengucapkan salam.

"Assalamualaikum, nggak jawab dosa." ucapku.

"Waalaikumsalam," balas teman-teman gue.

"Pengumuman ditujukan kepada Syakira, Ema, Febry, Alex dan huffttt gue juga. Nanti jam istirahat di suruh menemui Bu Friska di ruangannya." ujarku menyampaikan pesan dari Bu Friska seraya berdiri di depan.

"Kok pakai bawa-bawa nama gue segala," protes Alex.

"Lah lu kan kemarin pulang sama gue bambank, eh lebih tepatnya bolos," ucap Febry kepada Alex.

"Mampus gue," ucap Ema.

"Kayaknya bakal di hukum, huh baru kali ini deh gue kena hukuman." timpal Syakira.

"Lo kira lo doang apa, gue juga tau." balasku ketus seraya duduk di samping Syakira.

"Rasain lo ! bakal kena omelan Bu Friska, bu Friska kalau dah ngomel beuhhhh mantap, pidato aja kalah." celetuk Lilis.

"Mamam tuh omelan !" kata Diana dengan seringainya.

"Kambing ! teman lucknut." umpatku pada Diana. Diana justru tertawa terbahak-bahak.

Problematika Rasa [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang