"Jika cinta adalah sebuah luka, maka biarkan aku menjadi obat untuk semua rasa sakit yang kamu rasakan."
~Problematika Rasa~
Author POV
Keesokan harinya Erlina berangkat menuju bank tempatnya magang. Tak terasa waktu magangnya tinggal 1 bulan lagi.
"Ah kini tinggal 1 bulan lagi, semangat Erlina. Kamu telah berhasil melalui 3 bulan masa magang." gerutu Erlina seraya menaruh beberapa buku laporan magangnya ke dalam tas ransel miliknya.
Yah 3 bulan telah Erlina lalui, kini hanya tersisa 1 bulan lagi untuk menyelesaikan PKLnya. Semua berjalan mulus, walaupun ia masih menghadapi situasi keluarga yang semakin hari semakin memburuk. Tapi ia tak pernah mencampur adukkan masalahnya itu ke dalam kegiatan sekolahnya.
"Sudahlah lupakan saja, kini kamu harus fokus dengan masa pklmu, percayalah keadaan ini akan membaik seiring berjalannya waktu." Gumam Erlina.
Walaupun entah sampai kapan kata membaik itu akan benar-benar datang di kehidupannya yang sekarang. Tapi Erlina berusaha meyakinkan dirinya sendiri, bahwa hal baik akan segera datang dan menyingkirkan masalahnya.
Erlina berjalan menuruni tangga, seperti biasanya tak ada sapaan di pagi hari. Sebenarnya ia merindukan sapaan dari papa dan mamanya.
"Pa ma Erlina berangkat." Pamitnya.
Walaupun tak ada balasan dari papa dan mamanya tapi setidaknya ia sudah berpamitan.
Erlina POV
Aku bergegas berangkat menuju bank tempat dimana aku melaksanakan praktik kerja lapangan. Aku mengendarai Si Biru dengan kecepatan sedang, menerobos hiruk pikuk kota Semarang.
Tak berseling lama, sekitar 10 menit aku telah sampai di tempat yang kutuju. Tanpa babibu aku bergegas masuk ke dalam bank itu. Terlihat Syakira sudah datang lebih awal ia menyambut kedatanganku dengan gembira.
"Selamat pagi Erlina Arynda Akbar." sapanya dengan begitu bersemangat.
"Pagi, tumben nyapa, biasanya juga nggak pernah tuh. Ada angin apa ini ?" tanyaku.
"Ah elo mah gitu, giliran gak disapa protes. Ini udah disapa tambah protes." gerutunya.
"Hehehe tumben aja gitu." Kataku seraya terkekeh.
"Kami kenapa senyum-senyum gitu ih, aku jadi takut." kataku bergidik ngeri.
"Erlin, gue senang banget tau." katanya.
"Senang kenapa ?" tanyaku.
"Lo tau nggak...," katanya. Ia belum selesai berbicara tapi sudah kupotong.
"Nggak tau." ucapku.
"Iyalah nggak tau kan gue belum selesai bicara, eh elo main potong aja." Protesnya.
"Ya ya ya." kataku.
"Lo tau nggak semalam habis dari cafe tuh ya, gue pulangnya dianterin Dhito." Katanya begitu bersemangat.
"Hah seriusan ? baguslah akhirnya anak itu peka juga." Kataku. Syakira mengangguk setuju.
"Terus, terus gimana ?" tanyaku kepo.
"Awalnya Dhito cuek banget dan sikapnya dingin ke gue. Trus gue nggak berani pulang sendiri minta anterin dia, tapi sikap dia masih dingin gitu. Ya udah gue memutuskan pulang sendiri. Pas gue mau balik dia bilang mau nganterin gue Err. Gue udah bilang nggak usah takut ngerepotin dia. Tapi kata Dhito nggak ada penolakan. Ya udah akhirnya gue pulang bareng dia." Jelas Syakira panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Problematika Rasa [On Going]
Teen Fiction[Teenfiction-Romance-spiritual] #Rank 1 [treason] 19/04/2020 #Rank 1 [kisahcintaku] 01/06/2020 #Rank 3 [wound] 24/04/2020 ⚠️BELUM DIREVISI, REVISINYA NUNGGU ENDING ⚠️Cerita ini jauh dari kata sempurna :) BLURB: Ini kisahku. Yah aku Erlina Arynda A...