Bab 52 Rinduku

59 3 0
                                    

Aku selalu menitipkan rinduku untukmu pada angin yang menderu. Rindu memang tak pandai menunggu, tapi kedatanganmu hari ini telah mengobati rinduku padamu.

~Erika Aryn~

Erlina POV

Hari demi hari, minggu demi minggu telah berlalu, tak terasa kini sudah 1 bulan aku lalui. Dan aku masih setegar sekarang. Sungguh aku bahagia sekali malam ini, bagaimana aku tidak bahagia?. Malam ini malam kemenangan, esok hari raya idhul fitri. Ditambah lagi mamaku sudah pulang dari Bandung, karena urusan toko kue yang ada di sana sudah selesai. Mama berangkat dari Bandung sekitar jam 3 sore tadi dan diperkirakan habis isya mama sudah sampai rumah.

Aku dan papa mempersiapkan kedatangan mama. Kita menyiapkan surprise untuk mama. Yah memang benar mungkin dengan jarak ini bisa memperbaiki semuanya. Dan itu terbukti, sejak mama pergi ke Bandung papaku terlihat seperti kehilangan separuh hidupnya. Mungkin hal ini yang mengalahkan ego papa dan akhirnya papa sadar, seperti ada yang hilang dihidup papa jika tak ada mama disampingnya. Hidup papa terasa tak lengkap tanpa hadirnya mama.

Ting... tong...

Suara bel rumah mengagetkan kita berdua, yah aku dan papa tengah menunggu mama di ruang tamu.

"Papa, itu pasti mama." ucapku senang.

"Iya, Erlin nggak salah lagi itu pasti mamamu." balas papa.

Aku dan papa berjalan pelan menuju arah pintu. Dan bersiap menyambut kedatangan mama. Kali ini kita akan membayar rindu yang selama ini belum terbayarkan.

"Assalamualaikum..." ucap mama memberi salam.

"Waalaikumsalam" balasku dan papa serentak. Seraya papa membukakan pintu untuk mama.

"Surpriseeee." Pekikku senang seraya merentangkan kedua tangan.

Mama terkejut akan surprise yang aku dan papa buat. Mama langsung memeluk diriku.

"Mama rindu sama kamu, nak." ucapnya sambil mengelus rambutku yang tertutup hijab.

"Erlin juga rindu ma, Erlin rindu segalanya tentang mama." Kataku seraya meneteskan air mata. Aku menangis dipelukan mama. Yah sungguh rindu ini terobati setelah sekian lamanya.

"Kamu putri mama yang hebat, putri mama yang kuat." Ucap mama melepaskan pelukannya dan langsung menghapus air mataku. Aku hanya mengangguk pelan. Sedangkan papa, papa ikut terharu.

"Mas..." ucap mama seraya mencium tangan papa.

Papa sedikit canggung, yah walaupun mereka pasangan halal tapi setelah ada sedikit masalah yang terjadi diantara mereka. Hal itu yang membuat keadaan sedikit canggung.

"Maafin, mas ya." Kata papa

Papa menatap mata mama, papa tak mampu berkata-kata lagi.

Mama mengangguk lalu berkata, "maafin aku juga ya mas."

"Udah kalau mau peluk mah tinggal peluk aja napa, kaga usah gengsi. Toh kan halal jadi sah-sah aja." Ledekku.

"Kamu ya," ucap papa, seraya mencubit pipiku. Sedangkan mama pipinya memerah bak kepiting rebus karena ledekanku.

"Kamu lucu ihh kalau lagi malu gitu." Kata papa kepada mama. Mama mencubit perut papa.

"Sakit tau dek." Kata papa.

"Mas kangen sama kamu, mas cinta sama kamu." Kata papa sembari memeluk mama dengan erat.

"Nah gitu dong, akur. Udah ah aku mau ke kamar aja. Nanti takut ganggu keromantisan kalian berdua." Ucapku seraya terkekeh.

Problematika Rasa [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang