Menunda pekerjaan sama dengan menambah tugas
~Azzam Fahmi Adisaputra~
Author POV
Di perjalanan pulang tiba-tiba Azzam menepikan motor kesayangannya, dia melihat ke sebrang sana. Sepertinya dia mengenal cewek yang tengah duduk di kedai tersebut.
"Siapa sih dia, seperti tak asing bagi gue. Bentar-bentar dia kok sama cowok sih mana akrab banget. Dan kayaknya cowok itu nggak pernah satu sekolah deh sama gue. Apa jangan-jangan itu pacarnya ?" kata Azzam menebak nebak.
Yah cewek yang Azzam lihat siapa lagi kalau bukan Erlina. Erlina duduk di sebelah cowok yang sama sekali tidak Azzam kenal dan terlihat begitu akrab. Azzam menebak-nebak apakah cowok tadi pacar barunya Erlina.
Azzam kembali melajukan kuda besi miliknya, dia tidak mau memusingkan masalah tadi. Toh apa hubungannya dengan dia.
"Masa bodo, mau suaminya kek mau pacarnya kek apa peduliku." gumam Azzam seraya melajukan motornya.
Sejurus kemudian Erlina dan Reynand juga berniat untuk kembali ke rumah. Karena mereka telah menemukan sekolah yang menjadi incaran mereka.
Tak berseling lama Erlina dan Reynand telah sampai di rumah. Tanpa babibu mereka segera cuci tangan dan langsung makan. Yah memang mereka lapar pasalnya tadi siang belum makan dan terlalu sibuk mencari-cari referensi sekolah.
"Lho kalian sejak kapan sudah di sini ?" tanya mama Risma heran, mama semula ingin mengambil minum.
"Udah dari tadi ma Erlin sama bang Reynand kan belum makan siang nih ya. Karena cacing di perut kita pada demo jadi kita langsung meluncur ke meja makan deh," balas Erlina terkekeh. Dan Reynand ikut mengangguk setuju.
Mama Risma hanya geleng-geleng kepala.
"Yasudah lanjutkan makannya, habis itu kalian pergi mandi. Lihat tuh penampilan kalian berdua udah kucel," mama Risma melihat penampilan Erlina dan Reynand dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Iya iya," balasku singkat.
"Kalian sudah dapat sekolah yang kalian idam-idamkan ?" tanya mama Risma
"Sudah tante, kita mau daftar di SMK Negeri 2 Semarang, ya kan dek." kata Reynand.
"Iya ma, Erlina mau ambil jurusan akuntansi sedangkan bang Rey ambil jurusan rekayasa perangkat lunak," timpal Erlina.
"Oh ya, alhamdulillah mama ikutan seneng trus kapan pendaftarannya dibuka ?" tanya mama Risma pada mereka berdua.
"Dua hari lagi," balas Erlina.
"Besok kita izin mau fotokopi ya tante, sekalian nyiapin berkas-berkas pendaftaran, dan kayaknya pulangnya siang soalnya harus minta surat keterangan sehat dari Puskesmas terdekat," jelas Reynand.
"Iya, tapi kok harus pakai surat keterangan sehat segala. Zaman tante sekolah nggak gitu-gitu banget." ucap mama Risma.
"Yeee itu kan zaman mama, nah sedangkan zaman mama sama zaman kita kan berbeda," ucap Erlina tertawa.
Mama Risma mencubit lengan Erlina. Sedangkan Erlina meringis kesakitan.
"Jadi syarat pendaftarannya harus disertai surat keterangan sehat dari Puskesmas tante, dan biasanya selain diperiksa kesehatannya di Puskesmas juga di tes buta warna, menyatakan apakah buta warna atau tidak." jelas Reynand lagi.
Mama Risma hanya ber'oh ria menanggapi penjelasan dari Reynand
***
Malam sunyi, memang terkadang terlihat bak lembar yang masih kosong. Sebenarnya tidak. Bintang yang menemanimu tetap di sana, hanya saja bumi sedang berputar atau awan menutupinya. Bintang yang masih setia menemani bulan digelap gulitanya malam. Bahkan dengan bintang, bulan dengan anggunnya menyinari bumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Problematika Rasa [On Going]
Teen Fiction[Teenfiction-Romance-spiritual] #Rank 1 [treason] 19/04/2020 #Rank 1 [kisahcintaku] 01/06/2020 #Rank 3 [wound] 24/04/2020 ⚠️BELUM DIREVISI, REVISINYA NUNGGU ENDING ⚠️Cerita ini jauh dari kata sempurna :) BLURB: Ini kisahku. Yah aku Erlina Arynda A...