Bab 25 Good Idea

221 34 41
                                    

Tanpa kamu sadari ide itu akan muncul di saat- saat yang tak terduga

~Problematika Rasa~

Seperti biasanya gue berangkat ke sekolah selalu dengan bang Reynand. Di sepanjang jalan gue ngobrol dengan bang Rey. Yah memang gue tipikal orang yang nggak pernah mau diem. Dan sekalinya bicara kaya kereta.

"Memangnya lo nggak kangen sama papa mama lo gitu bang ?" tanyaku.

"Yah kangen lah, dan gue selalu minta ke papa dan mama gue,supaya pindah ke Semarang. Jadi gue nggak numpang terus di rumah lo." balasnya.

"Kenapa om Dimas sama tante Reni nggak jenguk lo ?" tanyaku lagi.

"Tau tuh pada sibuk mulu. Sampai-sampai lupa sama anaknya sendiri." balasnya.

"Tapi no problem, yang penting transfer  bulanannya lancar," ucapnya terkekeh.

Ketika sedang asik ngobrol sama bang Rey, tiba-tiba ada seseorang yang menabrak kaki gue dengan ban motornya. Nggak sakit sih kan kaya nendang gitu. Cuma pakai ban. Tapi tetap aja bikin gue kaget.

"Bang kaki gue di tabrak sama orang," ucapku pada bang Rey.

"Lah kok bisa ditabrak, kan kaki lo tetap di situ." ucapnya.

"Hiihhhh maksud Erlin bukan di lindas bang, kalau itu mah amit-amit dah. Ini kaki gue kaya sengaja ditendang pakai ban motor gitu lho." jelasku.

"Ditendang pakai ban motor ?" tanyanya bingung.

"Tau ah bang, susah jelasinnya," balasku.

"Coba lihat siapa tuh orang !" seru bang Rey.

"Nggak ah, nggak berani gue." ucapku.

Gue tak berani menengok untuk melihat orang itu.

"Bang ngebut tapi dikit, tuh orang yang tadi masih di belakang kita." pintaku gusar.

"Suruh ngebut tapi bilangnya ngebut dikit. Mau lo apa sih Juleha." ucap bang Rey.

"Hahahahahaha," seseorang yang di belakang gue tadi tiba-tiba tertawa.

Alhasil gue memberanikan diri untuk menengok ke belakang. Dan ternyata orang itu Azzam.

"Hahaha, ngakak njir. Muka lo paniknya nggak ketulungan." ucapnya terus melajukan kuda besinya.

"Kampret lo Bambank, gue kira siapa. Eh malah elo. Dasar gila !" gerutuku, tanpa peduli dilihat pengendara lainnya.

"Siapa dek ?" tanya bang Rey.

"Itu bang, Azzam teman gue," balasku. Bang Rey bergeming dan tetap mengendarai si biru.

Bang Reynand berbelok, sedangkan Azzam tetap lurus, yah menuju rumahnya.

"Gila tuh orang, gue udah panik juga. Eh kok dia masih pakai kaos oblong sih, padahal udah jam setengah tujuh. Emang Azzam nggak sekolah." batinku.

Lima belas menit kemudian kita sampai di sekolahan. Bang Rey memarkirkan si biru sedangkan gue melangkahkan kaki menuju ke kelas. Yah bang Rey gue tinggal, karena gue nggak mau orang-orang ngiranya gue pacarnya bang Rey.

Problematika Rasa [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang