Bab 29 Lebih Dekat

230 27 89
                                    

Kamu bisa saja berkata, sekarang tidak menyukai ini atau itu. Tapi ingatlah suatu saat nanti, kamu juga bisa menyukai hal-hal yang awalnya tidak kamu sukai.

~Problematika Rasa~

Hari demi hari berlalu begitu cepat. Dimana setiap detik berganti menit, menit berganti jam dan jam berganti hari. Hari berganti minggu. Dan yah minggu berlalu berganti bulan.

Tak terasa kini gue telah resmi menjadi kakak kelas. Yah sekitar sebulan yang lalu gue sudah menjalani hari-hari di kelas XI.

Kisah gue yang sebenarnya dimulai saat ini juga. Gue semakin dekat dengan Azzam, gue juga sudah melupakan keburukan Azzam di masa lalu.

Kalian pasti tau Azzam berubah tidak menjadi dirinya sendiri setelah putus dari Adiba. Azzam sempat menemukan tambatan hati setelah kisahnya dan Adiba berakhir. Tapi tak lama hubungan Azzam dengan pacar barunya itu, kembali kandas sebulan yang lalu.

Benar dugaan gue waktu dulu, Azzam hanya menjadikan cewek itu sebagai pelampiasannya. Yah karena dia di putuskan Adiba tanpa alasan yang pasti. Jadi, dia mencari pelampiasan cintanya.

Gue sampai saat ini tak tau nama kekasih Azzam setelah Adiba. Karena gue nggak mau ikut campur masalah pribadinya. Dan gue nggak pernah menanyakan ini itu tentang mantan kekasihnya itu. Gue juga nggak punya hak untuk mencampuri urusan Azzam lebih jauh lagi.

Azzam yang dulu sekarang kembali lagi. Dia Azzam yang gue kenal, dan dia kembali menjadi dirinya sendiri. Azzam sudah tak minum minuman keras itu lagi, tapi dia masih merokok. Yah setiap orang pasti ingin menjadi baik dan untuk itu dia harus melewati beberapa tahap.

Gue dan Azzam tetap menyambung tali silaturahmi. Walaupun jarang bertemu, bahkan gue sudah tak pernah bertemu Azzam. Ntah itu reoni atau berpapasan di jalan, gue nggak pernah lihat Azzam.

Azzam selalu mengirimkan pesan whatsapp ke gue. Entahlah hanya pesan yang tidak terlalu penting, yah hanya humor-humor receh dan sedikit gombalan yang dia berikan. Tapi gue tak termakan rayuan mautnya itu.

Hari ini hari minggu. Seperti biasanya papa gue selalu menuruti hobinya, yah apalagi kalau bukan memancing. Sedangkan mama gue mengurus toko kuenya.

Setelah bang Reynand pindah ke rumah barunya, gue menjadi sangat kesepian. Tak ada lagi orang yang bikin gue marah dan tak ada lagi orang yang ngejahilin gue. Gue kembali ke kehidupan yang dulu. Gue di rumah hanya ditemani bi Sumi.

"Huh... sepi banget nih rumah. Setelah bang Rey pindah gue jadi kesepian. Nggak ada yang ngajak gue berantem. Nggak ada lagi yang ngejahilin gue." gumamku.

"Kenapa gue nggak main ke rumah bang Rey. Kan rumahnya nggak jauh dari rumah gue." ucapku bersemangat.

"Tapi kan ini hari minggu, pasti bang Rey main sama teman-temannya." ucapku lesu.

"Oh iya.... mendingan gue main ke rumah Manda. Daripada gue suntuk di rumah, toh sudah lama gue nggak main ke rumahnya." kataku lagi.

Gue mematikan televisi, dan beranjak pergi dari ruang keluarga menuju kamar gue. Gue melangkahkan kaki menaiki tangga menuju ke kamar gue. Yah gue berniat mandi, karena gue belum mandi sejak pagi. Kalau nggak keluar rumah pasti gue mandinya siang.

Sesampainya di kamar, gue langsung melenggang masuk ke kamar mandi. Sekitar 10 menit akhirnya gue selesai dan beranjak keluar dari kamar mandi. Gue hanya memakai handuk kimono di bawah lutut dan berlengan panjang. Rambut gue tergerai. Gue berjalan mendekati lemari pakaian.

"Pakai hoodie apa pakai tunik ya ?" tanyaku pada diri sendiri.

"Emm.... pakai tunik aja deh, bosan pakai hoodie mulu." ucapku.

Problematika Rasa [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang