Bab 16 Azzam kenapa?

215 56 49
                                    

"Lebih menyakitkan diabaikan daripada dibenci, karena itu membuatmu merasa seperti tidak berarti."

~Problematika Rasa~

Erlina POV

"Azzam kenapa ya, kok bersikap dingin sama gue. Nggak seperti biasanya yang selalu bersikap hangat," batin gue, seraya menonton televisi yang menayangkan sinetron bucin.

"Dek bagi tethering dong, gue nggak punya kuota nih," seru bang Rey.

"Cih, masa anak muda nggak punya kuota." ucapku berdecih.

"Sumpah baru aja habis, nih kalau nggak percaya lo lihat aja sendiri," pintanya seraya memperlihatkan pesan dari operator di layar handphone miliknya.

"Hahaha itu mah nasib lo," balasku mengejek.

"Ayo lah dek bagi napa."pintanya lagi.

"Ogah, beli aja sono." balasku ketus.

"Awas lo ya tunggu pembalasan dari gue." ancamnya.

"Idih beraninya ngancam, yaudah iya gue kasih tethering gue kasian lihat muka lo. Ngenes bet dah," balasku mengejek, sembari menghidupkan hotspot di handphone gue.

"Jangan lama-lama nanti kuota gue habis." pintaku.

"Iya iya bawel," balasnya. Gue tidak menggubris perkataan bang Rey dan melanjutkan menonton sinetron yang ada di televisi.

"Gue buat main pubg ya," seru bang Rey.

"Pala lo peyang ! yang ada nanti kuota gue habis, udah dikasih gratisan malah nglunjak." ucapku ketus.

"Hmmm ya ya, gue buat buka instagram aja." balasnya dengan nada kecewa.

"Ya," kataku singkat, jelas dan padat.

Tiba-tiba papa datang menghampiri kita yang sedang berada di ruang keluarga.

"Gimana di terima apa nggak ?" tanyanya.

"Belum tau pa,"jawabku

"Harus nunggu dua hari lagi om, karena pengumuman diterima atau tidaknya diumumkan dua hari lagi," ucap bang Reynand.

"Oh begitu mudah-mudahan kalian berdua di terima di sana. Dan papa mau tidur dulu, kalian juga tidurnya jangan kemalaman. Jangan begadang juga ! nggak baik buat kesehatan. Terutama kamu Erlin suka begadang terus, kurangi hobi begadangmu itu !" pinta papa.

"Amin om, siap nanti jam delapan Reynand langsung tidur." balas bang Rey.

"Siap papa Erlin yang tampannya tiada tara." ucap gue. Papa hanya menggelengkan kepalanya lalu beranjak pergi ke kamarnya.

"Serius hobi lo begadang ? haha kek nggak ada hobi lain yang lebih bermanfaat," tanya bang Rey dengan suara mengejek.

Satu jitakan maut gue pun mendarat di kepala bang Reynand.

Pletakkk....

"Au....sakit goblok main jitak-jitak pala gue," ringisnya kesakitan.

"Bodoamat, lo sih bisanya cuma ngejek gue mulu. Mana ada hobi begadang, hobi gue itu membaca dan hal yang berkaitan sama photography misalnya, mengedit menggunakan photoshop dan teman-temannya. Cuma gue sering begadang tapi itu bukan hobi gue ogeb," jelas gue.

"Ya maap, hehehe habisnya kalau nggak ngejek lo sebentar itu rasanya gimana gitu. Kaya kurang vitamin." balasnya terkekeh.

Gue memutar bola mata malas lalu beranjak pergi ke kamar gue dan meninggalkan bang Rey sendiri di ruang keluarga.

Problematika Rasa [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang