Happy Reading
Ardi kembali duduk di sebelah Vio. Vio terus menatap Ardi lekat, tak percaya dengan pertarungan tadi. Vio sama sekali tak bisa melihat pergerakan Ardi dengan Reina. Itu sangat cepat! Benar - benar cepat! Mungkin hanya tingkat 5 ke atas yang bisa melihat pergerakan itu.
"Ngapain ngeliatin sampai segitunya?" tanya Ardi, namun tatapannya tak menoleh ke arah Vio. Ia tau jika gadis itu terus menatapnya sedari pertarungan selesai. Vio tak menjawab, ia masih menatap Ardi lekat. "Gak percaya sama pertarungan gue tadi?" Ardi terkekeh.
Vio hanya mengangguk - angguk saja.
Ardi tertawa pelan. Ia langsung menyentil dahi Vio pelan. "Gak usah sampai segitunya. Nanti lo suka!"
Mendengar perkataan Ardi, membuat wajah Vio langsung merona. Ia memegang keningnya, sedikit sakit sih. Vio segera memalingkan wajahnya, tak ingin menatap Ardi lebih lama lagi. Desiran aneh mulai menjalar lagi di tubuhnya. Dadanya mulai berdegup kencang. Ngapain sih pake acara natap dia segala! Jangan malu - maluin, Vi!, batinnya. Vio segera memukul - mukul kepalanya sendiri.
Ardi dibuat tertawa lagi, melihat Vio yang salah tingkah. Ia tau apa yang sedang dipikirkan oleh gadis ini. Macam cenayang saja!
"Atau lo udah beneran suka?" Ardi kembali menggoda.
"Nggak!" jawab Vio cepat. "Atau kamu yang suka sama aku ya?" tanya Vio ingin berbalik menggoda Ardi. Vio kini berani untuk menatap Ardi lagi dengan senyum jahilnya.
Namun, sepertinya Vio gagal untuk membalas Ardi. Ardi yang mendengar pertanyaan Vio semakin dibuat tertawa. "Gue? Lo ngarepkah?" tanyanya yang diikuti tawa kencang.
Vio diam. Ia tak menyangka reaksi Ardi akan seperti itu. Vio melipat tangannya di dada. Kalo ini ia tak menatap Ardi lagi. Ia menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. Wajahnya tampak sangat cemberut. Ia benar - benar sebal dengan Ardi. Namun, ia memang tak hebat dalam berbicara. Mau membalas pun ia tidak bisa.
Melihat wajah cemberut Vio membuat Ardi semakin tertawa keras. Lucu sekali melihat sikap Vio jika sedang kesal seperti ini. Entah kenapa Ardi sangat suka menjahili Vio. Mungkin sudah menjadi hiburan baginya. Vio sama sekali tak menghiraukan tawaan Ardi. Ia menutup kedua telinganya. Lagi dan lagi, Ardi dibuat tertawa oleh tingkahnya.
"Tinggal 4 murid lagi," ucap Ardi tiba - tiba. Kini tawanya sudah berhenti. Ardi fokus menatap ke arah lapangan.
Sontak perkataan Ardi tadi membuat Vio terkejut. 4 murid lagi? Maksudnya tinggal 4 murid lagi yang belum ujian praktek? Artinya ia salah satunya? Ah, sial!, umpat Vio. Ia sangat tidak suka jika menjadi peserta akhir. Ini memudahkan nya mencari lawannya. Namun, yang ia takuti, bagaimana jika lawannya lebih kuat darinya?
Ardi melirik Vio sebentar. Ia sadar jika Vio sedang mengkhawatirkan lawannya. Ardi tersenyum kecil lalu berkata, "Tinggal Divan, Keezi, Ara, dan lo."
Vio terheran. Bagaimana Ardi bisa tau pikirannya? Benar - benar turunan cenayang! Namun, Vio tak mempermasalahkan itu. Kini pikirannya fokus dengan ketiga lawannya, Divan, Ara dan Keezi. Benar - benar lawan yang sulit! Ketakutannya benar - benar terjadi! Mungkin sekarang semesta sedang tidak berpihak padanya!
Jahat! Batin Vio. Rasanya ia ingin sekali berteriak histeris. Kenapa selalu ada saja nasib buruk yang menghampirinya? Matanya mulai berkaca - kaca, ingin menangis namun ia tahan. Ia mulai stress sendiri, bagaimana cara melawan diantara mereka bertiga. Vio menggigit bawah bibirnya, mencoba menghilangkan rasa gugupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Violet Dragon - The Mystery of Life (END)
FantasyVioletta Azaera Tsaveera merupakan Putri tunggal dari kedua ilmuwan yang terkenal di kota Euphonia. Dia menghabiskan banyak waktu masa kecilnya di dalam rumah karena kedua orang tuanya yang begitu overprotective. Suatu hari, ketika usianya menginja...