Happy Reading
SRAATT!!!
Anak panah itu melesat dengan sangat cepat. Nara yang tak sadar pun tak sempat untuk menghindar. Lengan kirinya tertusuk oleh anak panah itu. Cukup dalam hingga Nara tak berani untuk mencabut anak panah tersebut. Nara meringis, melihat darahnya yang terus bercucuran.
Nara mendongak —melihat sang pelaku. Andes juga sama terkejutnya saat itu dan keterkejutannya bertambah saat sadar siapa pelaku itu.
"Nav?!!" Andes sedikit berteriak karena saking terkejutnya.
Nava menghela napas samar kemudian menyampirkan anak-anak rambutnya ke belakang telinganya.
"Apa?" Nava memiringkan kepalanya.
"Lo ngapain kesini? Gue mau duel dulu sama Andes!" ucap Nara.
"Ini bukan duel. Ini lagi perang," ucap Nava meralat kalimat Nara.
"Gue tahu. Tapi terserah kalian mau perang atau apa, tapi gue sama Andes mau duel dulu. Ya kan, Andes?" Nara melirik ke arah Andes.
Pria itu mengangguk kukuh. "Yoi, katanya Nara mau balas dendam dulu gara-gara ujian praktek kemarin-kemarin."
Nava masih menatap mereka berdua dengan tatapannya yang santai. Wajahnya tampak serius sekarang. Berbeda sekali dengan Nava yang biasa Andes lihat. "Ya terus?"
Nara dan Andes sama-sama menatap heran ke arah Nava. Aneh sekali...
"Ya lo-nya minggir kali. Jangan ganggu! Yang namanya duel itu 1 lawan 1!" Nara sedikit meninggikan suaranya. Karena kesal dengan tingkah Nava yang masih tak bergeming dan senantiasa memegang busur panah yang mengarah padanya.
"Maaf ya, tapi aku lagi mau nyerang kamu. Ini kan perang. Jadi kamu..." Nava menggantungkan kalimatnya sejenak, kemudian mengambil satu buah anak panah yang berada dipinggangnya.
SRAAATT!!!
"...termasuk musuh aku."
Nara terkejut saat itu. Ia melebarkan matanya. Apa-apaan dengan ucapan gadis itu. Nava benar-benar mengajaknya bertengkar!
Nara meloncat tinggi saat nyaris anak panah itu melukainya lagi.
"Woy! Woy! Lo apa-apaan sih, Nav! Jangan ganggu urusan gue sama Nara! Apa jangan-jangan..." Andes berjalan mendekati Nava kemudian menepuk pundak itu sekali. Senyuman jahil itu terukir di wajahnya, membuat Nava yang melihat itu menukikkan alisnya tak suka. "Lo mau bantuin gue ya? Lo takut gu—"
"Apaan sih! Kepedean banget! Aku tuh kesini karena tadinya mau bantu Atha, tapi Atha bilang kamu lebih butuh bantuan!" ucap Nava dengan napas yang menggebu-gebu saking kesalnya. Oh, tentu saja ia berdusta. Tidak mungkin kan ia mengatakan jika ia melakukan ini karena urusan pribadinya —perasaannya. Ehem... Mungkin kalian akan mengerti maksud sebenarnya Nava membantu Andes😳.
"Gue gak butuh bantuan lo."
Nava diam sesaat. Jujur, kata-kata itu menyakitkan. Menusuk hingga ulu hatinya walau Andes hanya memasang wajah datar yang tak berdosa. Benar-benar tidak tahu terima kasih!
Nava berusaha untuk bersikap biasa-biasa saja dan berusaha untuk tetap sabar. "Anggap aja ini karena urusan dendam pribadi aku sama Nara," ucap Nava tak setengah berbohong.
Nara yang mendengar itu tertawa kecil. Paham sekali dengan maksud Nava. Kecuali tidak untuk Andes.
"Yahh... Terserah. Gue juga, punya dendam pribadi kok sama lo," ucap Nara berbisik tepat di telinga Nava.
KAMU SEDANG MEMBACA
Violet Dragon - The Mystery of Life (END)
FantasyVioletta Azaera Tsaveera merupakan Putri tunggal dari kedua ilmuwan yang terkenal di kota Euphonia. Dia menghabiskan banyak waktu masa kecilnya di dalam rumah karena kedua orang tuanya yang begitu overprotective. Suatu hari, ketika usianya menginja...