Happy Reading
"Ngh..."
Pria itu mengerang. Kemudian membuka kelopak matanya perlahan-lahan. Samar-samar, ia melihat banyak orang yang sedang mengerubunginya.
"ARDIII!!!!" kompak saja teman-temannya itu berteriak ketika melihat Ardi sudah sadar.
Ardi yang sudah sadar sepenuhnya itu melotot kaget. Ia agak bingung kenapa dirinya bisa ada disini? Ia baru saja ingin beranjak bangkit dari tidurnya, tapi gadis bersurai ungu itu menahannya.
"Jangan bangun dulu, lukamu cukup parah. Berbaring saja," titah Vio yang tengah menyembuhkan luka Ardi dengan sihirnya.
Ardi menurut saja dan membiarkan gadis itu menyembuhkan lukanya. Anak laki-laki itu mencoba mencerna apa yang sedang terjadi saat itu. Kemudian ia baru paham betul bahwa dia baru saja diperalat oleh Daniel.
"Kau sudah sadarkan, Ardi? Kau tidak berada di pihak iblis itu lagi, kan?" tanya Nava khawatir.
Dari raut wajahnya, ia tahu teman-temannya sedang ketakutan sekarang. "Em... Maaf... Aku salah karena sudah menyerang kalian. Terutama kau, Divan," Ardi ingat jika sebelumnya ia pernah membuat Divan terpental karena serangan Tornado miliknya.
"Hahh?!" alis temannya itu menukik tajam, pertanda tidak suka. "Gue gak apa-apa. Seharusnya lo minta maaf sama Vio."
"Em! Benar yang Divan katakan! Kami baik-baik saja, kok!" Deya tersenyum menambahkan.
Hahh... Ardi lega. Setidaknya sekarang ia tidak akan dibenci oleh teman-temannya.
"Maaf... Vio. Aku... minta maaf karena sudah melukaimu." Ardi benar-benar tulus mengatakan itu, hanya saja... Ia terlalu malu untuk menatap balik Vio.
Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak... Ardi tidak salah... Aku paham, kok." Entah kenapa malam ini ia terus saja menangis sampai matanya sembab. Tapi, itu wajar saja karena... malam ini menjadi malam yang menyakitkan bagi semuanya. Kenyataan yang terkuak itu... memang menyakitkan, lebih menyakitkan daripada kebohongan.
"Aku malah seharusnya yang berterima kasih padamu, Ardi..."
Ardi malah merasa bersalah melihat Vio—tidak, bahkan kini semua temannya ikut meneteskan air matanya.
"Terima kasih sudah bertahan sejauh ini!" Vio tersenyum dengan kedua tangannya yang memegang Ardi hangat.
Iya... Mereka semua tahu betul ketika Ardi dijadikan alat oleh Daniel. Mereka melihatnya dengan jelas bagaimana pedang air milik Ryan menusuk dada Ardi. Tetapi, saat itu pun Ardi tetap dipaksakan untuk bergerak. Teman-temannya pun merasa sakit ketika melihat Ardi diperalat seperti itu.
Ardi tahu luka yang diterimanya sangat fatal. Ia nyaris mati. Mungkin saja karena itu teman-temannya menjadi sangat khawatir. "Hm... Aku baik-baik saja. Aku benar-benar sudah baik-baik saja. Kalian tidak perlu menangisi ku seperti itu," Pria itu tersenyum, berusaha meyakinkan teman-temannya bahwa sekarang tubuhnya sudah baik-baik saja.
"Lain kali, lo jangan mau diperalat lagi ya!" Temannya itu Andes sepertinya sedang memberinya nasihat. "Lo jadi keliatan bodoh banget gegara diperalatin iblis itu, Ardi."
Ardi tertawa pelan mendengar itu, "Iya, gue memang bodoh."
"Ardi..." Gadis berkaca mata yang sejak tadi diam itu membuka suaranya. Aquel ingin mengatakan sesuatu. Tapi dia terlihat ragu. Aquel benar-benar takut membuat Ardi kecewa dan benci kepadanya karena ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Violet Dragon - The Mystery of Life (END)
FantasyVioletta Azaera Tsaveera merupakan Putri tunggal dari kedua ilmuwan yang terkenal di kota Euphonia. Dia menghabiskan banyak waktu masa kecilnya di dalam rumah karena kedua orang tuanya yang begitu overprotective. Suatu hari, ketika usianya menginja...