Happy Reading
Terkadang aku berpikir, untuk apa aku hidup? Apa itu kehidupan? Dan aku ini siapa?
Rumah kecil nan sederhana ini ramai dihuni oleh keluargaku. Kami bahagia disini, senyuman selalu terhias di wajah kami. Aku begitu dengan dengan mereka, begitu hangat dan nyaman disisi mereka, tapi... perasaan asing ini tak pernah hilang. Bagaikan tembok tinggi yang menjulang.
Kemarin, aku ditampar oleh kenyataan pahit. Saat aku tengah menatap foto keluarga, aku iseng membuka foto itu karena aku merasa penasaran. Dan saat itu, semua kemungkinan-kemungkinan terburuk itu benar. Aku bukan keluarga mereka, lebih tepat kami bukan lah keluarga. Tapi kecualikan Reina dan Kak Daniel, mereka adalah saudara kandung.
Pupil mataku bergetar, benar-benar terkejut. Ternyata selama ini perasaanku tak pernah salah. Dan itulah kenyataannya, walau pahit memang.
"Apa yang kau lihat, Ara?"
Aku terkejut, suara dingin dan menusuk itu adalah suara kak Daniel. Aku mendongakkan kepalaku, menatapnya dengan air mata yang mengalir membasahi pipiku. Sadar jika aku tengah menangis, Kak Daniel berjongkok dihadapanku.
"Kenapa?" tanyanya lebih lembut, berbeda dengan yang tadi.
"Ini bohong, kan?" tanyaku dengan suara serak, sambil menunjukkan foto tersebut — foto Kak Daniel dengan Reina, dan fotoku, Nara, Keezi dan Resi yang terpisah-pisah.
"Kenapa kamu membuka ini? Ini tidak seharusnya kamu rusak seperti ini!" Kak daniel merebut foto-foto itu.
"Aku tidak merusaknya! Itu memang benar, kan?! Kita bukan keluarga, kan?! Aku, Nara, Keezi dan Resi bukan adikmu, kan?! Kenapa Kakak merahasiakan ini?!" rengekku sambil berteriak. Aku menggosok-gosok mataku sambil menangis.
"Ara kenapa?" tanya Reina, disusul oleh Nara, Keezi dan Resi. Mungkin karena tangis ku, mereka datang kesini. Mata mereka terkejut ketika melihat foto-foto itu ditangan Kak Daniel.
"Jadi Ara sudah tahu ya?" tanya Keezi.
Apa? Apa maksudnya? Kenapa mereka tak marah karena Kak Daniel menyembunyikan ini?
"Maaf ya, selama ini kami membohongimu," ucap Resi merasa bersalah.
"Ka-Kalian tahu ini?!" kagetku. "Jadi cuma... aku saja... yang tidak tahu... apa-apa?"
"Maaf Ara..." Kak Daniel menghela napas sejenak. "5 tahun yang lalu, saat kau masih bayi, aku menemukan mu di dalam kotak di depan rumah. Sepertinya orang tuamu yang membuangmu. Aku merasa kasihan saat itu. Aku berpikir, kenapa ada orang tua yang bisa-bisanya membuang bayinya sendiri? Karena itu, aku merawatmu, seperti adikku sendiri."
"Maaf karena aku merahasiakan ini," lanjutnya, kemudian memelukku hangat dan mengusap-usap punggungku — berusaha menenangkan ku.
"Walau kita tidak sedarah, tapi kita bisa tetap menjadi keluarga, kan?"
Saat itu untuk pertama kalinya, aku melihat senyum tulus Reina.
★★★★
Aku senang karena walaupun kami tak sedarah, kami masih bisa menjadi keluarga. Setidaknya sekarang, aku merasa jauh lebih senang setelah tahu kebenarannya. Aku tetap bisa merasakan kehangatan dan kenyamanan itu sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Violet Dragon - The Mystery of Life (END)
FantasyVioletta Azaera Tsaveera merupakan Putri tunggal dari kedua ilmuwan yang terkenal di kota Euphonia. Dia menghabiskan banyak waktu masa kecilnya di dalam rumah karena kedua orang tuanya yang begitu overprotective. Suatu hari, ketika usianya menginja...