Happy Reading
"Blamm!!!!" Reina menutup pintu kamarnya dengan keras. Dia langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur. Reina menutup wajahnya dengan bantalnya. Dia terus menangis tanpa henti. "Di!! Apa yang salah dengan gue?!! Kenapa lo gak pernah bisa nerima gue!!!!! Hiks.. Hikss.." Reina berteriak - teriak sendiri di dalam kamarnya.
Teman setimnya terganggu dengan teriakan Reina tapi mereka tak berani berbicara atau mendekati Reina. Nara adalah teman se-gengsnya dan teman setimnya, hanya Nara yang selalu berbicara dengan Reina. Nara memasuki kamar Reina. Ia duduk di pinggir kasur Reina. Ia paham betul apa yang tengah dirasakan Reina.
"Rei, gue tau yang lo rasain. Gue juga pernah kayak lo. Ini bukan salah lo. Ya, memang katanya manusia itu memang tak sempurna. Kita tak bisa memiliki semua yang kita inginkan." ucap Nara menjelaskan.
"Gue cuma minta dia, gak lebih!" teriak Reina histeris. Nara bingung harus menjawab apa. Dia hanya mengelus - elus punggung Reina untuk menenangkan nya. Reina mengingat masa lalunya dengan Ardi.
****
Flashback on
Reina POV
Awal memasuki Academy....
"Rei, lo lolos?" tanya Nara padaku.
"Ya." aku tersenyum tipis. "Bagaimana denganmu?"
"Aku juga lolos!" Nara tersenyum ceria. "Resi dan Keezi juga lolos, tapi mereka berdua berbeda tim dengan kita. Setidaknya kita berdua setim, bukan?" Nara merangkul pundakku sambil tersenyum ke arah ku.
Aku tersenyum pada Nara. "Tapi kita beda kelas ya, Nar?" aku mulai cemas saat melihat kartu Academy ku. Ternyata aku dan Nara berbeda kelas.
"Ya, aku di kelas Militer 2. Kau di Militer 1? Hebat sekali! Walau tak bersamaku, kau pasti akan mendapat teman baru!" ucap Nara menyemangatiku. Aku pun hanya tersenyum membalasnya.
Keesokkan harinya, aku sudah mulai pembelajaran. Banyak murid yang terpana melihat paras cantikku. Tapi disana ada seorang lelaki yang hanya diam di kursinya sambil membaca buku. Dia melirikku sebentar dan kembali membaca bukunya. Aneh, apa dia tidak tergoda denganku? Mulai hari itu, aku terus menerus mendekati lelaki itu.
"Hai! Boleh kita kenalan?" tanyaku sambil tersenyum ke arahnya. Aku mengulurkan tanganku. "Namaku Reina. Siapa namamu?"
Lelaki itu memasang wajah dingin padaku. "Ardi." jawabnya singkat. Ia sama sekali tak menyambut uluran tanganku. Ardi selalu membuat hal menarik padaku. Ia menjadi siswa yang mendapat tingkatan tertinggi. Aku ingin menyusulnya. Aku pun terus berlatih. Menurutku, Ardi ini laki - laki yang sangat menarik. Dia tampan juga hebat dan cerdas.
Semakin lama aku mulai menyukainya. Hingga suatu hari aku mengajaknya ke taman Academy yang selalu sepi. "Kenapa kau membawaku kesini?" tanya Ardi keheranan.
Aku duduk di salah satu kursi taman, sedangkan Ardi berdiri di sebelah ku. Aku ingin mengatakan jika aku mencintainya, tapi aku masih takut untuk mengatakannya.
Ardi menghela nafas panjang karena menungguku yang lama untuk bicara. "Jika tidak ada yang ingin kau bicarakan, aku pergi." Ardi berjalan pergi meninggalkanku.
Tidak! Tunggu, Di! Aku ingin mengatakannya sekarang tapi aku ragu. Tidak! Kamu pasti bisa, Rei!
"Aku mencintaimu!" teriakku tiba - tiba. Jantungku langsung berdetak kencang. Ardi menoleh ke arah ku dengan tatapan kebingungan. Aku memberanikan diri untuk berbicara lagi walau tatapan ku terus menunduk. "Sejak pertama kali masuk Academy.. Aku.. Aku.. Sudah mulai menyukaimu. Aku.. Mulai tertarik padamu. Aku ingin selalu berada di sisimu! Apa.. Kau.. Mau menjadi pacarku?" ah, bagaimana ini? Aku sudah mengatakannya? Aku benar - benar mengatakannya? Semoga dia menerima ku!
KAMU SEDANG MEMBACA
Violet Dragon - The Mystery of Life (END)
FantasyVioletta Azaera Tsaveera merupakan Putri tunggal dari kedua ilmuwan yang terkenal di kota Euphonia. Dia menghabiskan banyak waktu masa kecilnya di dalam rumah karena kedua orang tuanya yang begitu overprotective. Suatu hari, ketika usianya menginja...