Eps. 28 Pembohong sialan!

46 3 0
                                    

Happy Reading

"Akh.. Akh.. Sakit! Pelan-pelan dong!"

Nava mengerang kesakitan dan tak berhenti-henti menyumpah-serapahi gadis dihadapannya ini. Ia sendiri tidak heran kenapa sahabatnya ini berhari-hari di rumahnya, katanya 'Kamu lagi sakit jadi aku mau jaga kamu sampai kamu sembuh total'.

Walau kadang-kadang sahabatnya ini menyebalkan, tapi dia memang perhatian sekali padanya sampai-sampai tinggal di rumahnya dalam beberapa hari terakhir ini untuk merawatnya.

"Ah elah cuma segini aja! Tahan dikit!" tekan Deya.

Nava memutar bola matanya malas. "Udah gak usah! Aku udah gapapa."

"Gapapa dari mana?!! Banyak luka kayak gini disebut gapapa?!!" Deya terus mengoceh. Ah, lihat sekarang ia seperti seorang kakak bagi Nava, selalu mengaturnya dan menjaganya.

"Cuma luka kecil," bantah Nava.

"Iya tapi tetep aja luka!" keukeuh Deya. "Napa sih gak keluar aja?! Di kasih tau ni susah! Jadi gini, kan?!"

Oh ayolah, harus berapa kali Nava menjawab pertanyaan ini? Sudah ke berapa kali Deya menanyakan hal ini? Nava sudah jengah mendengarnya.

"Terus maksud kamu apa?! Aku harus keluar dari gedung STAR Academy dan ninggalin teman-teman aku yang masih di dalam?!" Tak terima disalahkan, Nava balas berteriak.

"Gak usah nge-gas juga kali. Ya maksud aku.. gini Nav, kan kita di bagian Medis, kita gak boleh terlalu maju. Tugas kita cuma buat nyembuhin aja. Kalau bagian yang maju kan bagian Militer."

"Iya aku tahu.. tapi itu teman tim-ku?! Terus aku harus diam aja gitu?!" bantah Nava.

"Kamu harus sadar sama posisi kamu!" tekan Deya.

Nava melengos malas, "Ah udahlah, malas ngobrol sama kamu!"

"Iya aku juga!" Deya menatap Nava sinis sebelum akhirnya ia beranjak berdiri kemudian menyimpan kotak P3K tersebut di dalam lemari.

"Btw, teman-teman kamu gimana kabarnya?" tanya Deya mengalihkan topik.

Ah, ya.. Nava baru ingat dengan teman se-timnya. Saat ledakan itu terjadi, Nava bersama teman-temannya masih di dalam gedung STAR Academy. Akibatnya mereka semua terluka cukup parah karena ledakan tiba-tiba tersebut.

"Gak tahu, aku lupa kemarin belum nanya kabar mereka," jawab Nava.

Kemudian tangannya bergerak mencari ponselnya di sekitar meja dan bantal. "Dey, kamu lihat ponsel aku, gak?"

"Nggak tuh," jawab Deya, kemudian meneguk segelas air putih yang di simpan di meja, entah dari siapa, dari mana, dan untuk siapa. "Memangnya kamu tadi nyimpen dimana?"

"Biasanya aku simpan di sekitar sini, kok!" Nava mulai panik sendiri mencari-cari ponselnya. Uh, Nava tidak mau ponselnya hilang karena kecerobohannya, baginya ponsel nomor satu.

Deya memutar bola matanya jengah. Oh ayolah, harus berapa kali Nava lupa menyimpan ponselnya sendiri? Dasar pelupa! Kadang-kadang Deya bosan sekali untuk mengingatkan hal ini pada Nava. Dia sangat-sangat pelupa. 

Deya menyimpan kembali gelas tersebut di atas meja yang isinya benar-benar sudah habis tak tersisa. Deya membuka tas selendangnya yang isinya hampir banyak adalah alat cosmetic-nya. Deya mengambil barang yang tengah ia cari, ponselnya.

Drrtdrrt..

Nava merasa ada getaran di saku celananya. Dengan cepat ia merogoh ponselnya yang ternyata ada di dalam saku celananya.

Violet Dragon - The Mystery of Life (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang