Happy Reading
"Apa yang... terjadi?"
Pupil matanya bergetar, begitu ketakutan saat ia baru tersadar dengan keadaan di sekelilingnya. Gadis yang rambutnya digelung itu —Deyana— baru saja turun kembali ke bawah. Ia mengedarkan pandangannya, melihat keadaan yang sudah kacau balau tanpa mereka berdua sadari.
"Ry... Ry... Berta... han... lah..."
"Aquel! Fer... ry?!"
"Nav... to—"
"Kalian berdua bertahanlah! Aku akan mengobati kalian!"
Mata Deya pertama tertuju pada Aquel dan Ferry yang sudah terkapar di lantai dengan darah yang keluar dari mulut mereka serta darah yang keluar dari dada bidang Ferry karena ditusuk oleh tombak milik Reina. Kemudian tak lama Nava berlari mendekati Aquel dan Ferry. Gadis berambut pendek sebahu itu berusaha menolong kedua temannya walaupun Nava sedang panik setengah mati.
"Kali ini... kita imbang, Res..."
"Hahh... Selanjutnya aku yang akan menang..."
"Terserah, tapi... aku baru kali ini melihat aura kuat senjatamu..."
"Yahh... karena kau saat di Academy tak memberiku napas..."
"Oh, benarkah...? Terima kasih atas pujiannya..."
Kemudian tatapannya beralih ke arah Atha dan Resi yang sudah lemas dan tengah berbaring. Mereka terluka, cukup parah tapi sepertinya tak perlu di khawatirkan. Yahh... Deya yakin kok mereka berdua tak akan mati.
"Ti-tidak...! Tidak mungkin...! Kak Daniel!" Reina berlari mendekat ke arah Kakaknya yang sudah terkapar di tanah dengan tubuh yang sudah terbelah dua. Nara yang melihat itu juga ikut berlari mendekati Reina dan Daniel, gadis itu terpaksa menyudahi duel-nya dengan Andes. Resi juga sadar akan itu, tapi tubuhnya sudah sangat kelelahan hingga membuatnya tak sanggup bergerak sedikitpun.
"Kakak... Kak Daniel... Bangun, Kak...!" ucap Reina dengan suaranya yang bergetar menahan isak tangis.
"Kak... Daniel?" ucap Nara yang tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia menutup mulutnya tak percaya dan bendungan air matanya yang siap tumpah.
Detik berikutnya, tangis Reina tumpah begitu saja. Ia menangis histeris sambil berteriak-teriak tak jelas. Gadis itu tak bisa menerima kenyataan bahwa Kakaknya sudah tidak ada. Reina tidak mau kehilangan keluarganya satu-satunya. Daniel segalanya bagi Reina.
Yang lain yang melihat itu hanya bisa diam, mereka... masih tak mengerti apa yang terjadi.
"LO!! INI GARA-GARA LO, VIO!" Reina menunjuk gadis dengan surai ungu itu yang tak jauh di dekatnya tengah terkapar di lantai dengan pedang yang menusuknya.
Vio hanya bisa menangis mendengar itu. Ia menutup matanya rapat-rapat. Ia sedih sekaligus sakit. Yahh... Luka besar di perutnya ini membuatnya tak bisa menahan rasa sakitnya. Vio ingin menyudahi saja... Gadis itu sudah lelah. Terlalu lelah dengan takdir yang mempermainkannya. Takdir yang selalu membuatnya menangis darah.
"MATI! LO HARUS MATI!" Reina beranjak bangkit, dengan sorot matanya yang siap membunuh. Ia mulai menyerang Vio dengan tangan kosong, namun tiba-tiba pergerakannya ditahan oleh seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Violet Dragon - The Mystery of Life (END)
FantasyVioletta Azaera Tsaveera merupakan Putri tunggal dari kedua ilmuwan yang terkenal di kota Euphonia. Dia menghabiskan banyak waktu masa kecilnya di dalam rumah karena kedua orang tuanya yang begitu overprotective. Suatu hari, ketika usianya menginja...