Love?
🌼-----------🌼-🌼🌼🌼-
Setelah adegan pelukan itu terjadi, saat ini keempat nya masih dengan posisi berdiri memikirkan hal yang berpacu di pikiran masing-masing.
Terlihat jika Eleven dan Ten saling menatap begitu pula Ava dan..
"Hai, aku Cla"
Dari nada suaranya, Ava bisa menebak jika wanita dihadapannya ini memiliki karakter ramah dan ceria. Sebagai wanita, Ava bahkan mengagumi cara Cla tersenyum.
Cantik.
"Ava" jawab Ava, dengan senyuman yang juga menghiasi wajahnya.
"A..avvaa?" Ada raut keterkejutan di wajah Cla, dan itu sangat tak bisa ditutupi olehnya. Hal itu memberi tanda tanya besar bagi Ava.
Bahkan saat ini Cla menatap Ten dengan ekspresi terkejut yang masih terpasang diwajahnya.
Sementara Ten seakan tak mempedulikan tatapan itu dan justru kembali duduk di sofa dengan santainya.
"Duduklah. Aku lelah melihat kalian berdiri." Ucap Ten sembari menyilangkan kakinya.
Bahkan kau pun baru saja duduk bodoh.
Cla memperhatikan sekeliling kamar itu. Kamar yang terlampau sering ia masuki, dan rasanya ada perbedaan besar kali ini yang tentu saja langsung ia sadari, "Ten, dimana semua sofa raksasa mu? Bukankah kau-"
"Ku singkirkan."
"But, why? Gara-gara kau menyingkirkannya kita harus duduk dimana sekarang?"
"Kau duduk disampingku, mereka terserah dimana saja. Semua sofa itu mengganggu. Aku ingin kebebasan."
"Hidup mu kurang bebas apalagi" Ava berujar dengan nada pelan agar tak didengar siapapun. Ia tak ingin membuat Ten emosi kemudian memancingnya berperilaku buruk ketika ada orang lain di ruangan ini.
"Aku keluar." Itu suara Eleven.
Sesuai katanya, Eleven melangkahkan kakinya dan berjalan keluar.
"Siapa yang mengizinkan mu pergi?"
"Tak ada kursi disini." Oh, itu jelas bernada sindiran.
Hal lain yang baru Ava sadari, hubungan kakak beradik ini nampak jauh lebih rumit dari sebelumnya. Entah kenapa, Ava ingin tahu.
"Hentikan langkah kakimu itu."
Eleven menuruti.
"Adikku ini kesal sekali sepertinya. Baiklah aku akan membawa kembali sofa ke kamar ini nanti. Tapi sekarang ada hal penting yang harus segera dibicarakan. Bagaimana jika membahasnya di ruang tengah saja?"
Ten jelas tak bertanya. Ia hanya memberi pernyataan bertopeng pertanyaan untuk diruturi bagi siapapun yang mendengarkan.
-🌼-
Sekarang disinilah mereka.
Ruangan yang sama tempat Ten mengutarakan kalimat lamaran tak jelasnya malam itu.
Dan kali ini, adalah saatnya untuk mendengarkan jawaban atas lamaran mendadak dari Ten untuk Ava.
"Katakan dengan cepat. Aku lelah."
"Kenapa kau mirip sekali dengan orang itu?" Ujar Ten merujuk pada Ava yang saat ini memberikan tatapan kesalnya. "Sabarlah. Kau tak tahu aku bahkan menunggu selama tiga hari untuk mendapat jawaban."
KAMU SEDANG MEMBACA
AfT : Unexpected [END]
General FictionThe new story begin, when we meet again. Siapa yang menyangka jika dalam waktu sepuluh tahun dapat mengubah hidup seseorang dengan cukup signifikan. Di usia 28 tahun, Ten dan Ava kembali bertemu. Memberi sensasi seperti semua dimulai dengan kisah ya...