V. Putranya

126 5 0
                                        

"Sejak kapan kau..."

Ten tahu maksud Ava dengan melihat arah tangan wanita itu menunjuk.

"Sembilan tahun lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sembilan tahun lalu."

Hanya butuh setahun setelah pergi untuk berpikir membuat tatto dan memasang tindik di tubuhnya. Luar biasa.

"Mungkin aku tak cukup mengenalmu dulu. Aku tak tahu bahwa kau akan.. ya, tapi itu pilihanmu"

"Bagaimana denganmu?" tanya Ten.

"Aku.. seperti yang kau lihat sekarang."

Ten mengangguk pelan. Entah apa arti dari anggukan itu, Ava tak tahu.

"Jelaskan semuanya. Dari awal."

"Apa?"

"Keberadaan mu di rumah ini."

"Oh itu. Andrew memberikan bantuan untuk kegiatan amal yayasan yang ku bina. Karena butuh waktu untuk mempersiapkan itu, Andrew menawarkan ku tempat ini."

"Ini rumah ibu ku."

"Ya, Andrew sudah mengatakan semuanya padaku semalam."

Ten terdiam sesaat, "Semuanya?"

"Ya."

Ten menegakkan tubuhnya dan menatap dalam mata Ava, "apa saja yang ia katakan?"

"Haruskah ku sebutkan semuanya?"

Tak ada jawaban dari Ten. Baiklah.

"Mengenai rumah ini, yang ternyata merupakan rumah masa remaja bibi Tiff. Tentang dirimu yang hanya datang berkunjung sesekali, tentang kebiasaan mabuk mu, dan hubungan antara kau dan Andrew. Neneknya adalah orang yang mengasuh bibi Tiff dulu, itulah sebabnya kalian saling mengenal dan Andrew diberi wewenang oleh bibi Tiff untuk menganggap rumah ini seperti rumahnya sendiri. Itu katanya."

"Hanya itu?"

"Ya. Apakah ada lagi yang perlu ku tau?"

"Itu cukup."

Ava mengangguk. Setuju.

Untuk sementara waktu tak ada satu katapun terucap dari keduanya. Memberikan suasana diam antara kedua orang yang masih berdiri saling berhadapan itu.

Ten dengan pandangannya yang terus tertuju pada Ava, dan Ava yang pandangannya justru memandang ke hal lain.

"Ten, dia menghubungi ku." Ucap Andrew yang baru saja datang dengan membawa ponsel di tangannya.

"Angkat dan katakan aku akan ke sana beberapa menit lagi." Setelah mengatakan itu Ten beranjak pergi dan melewati Ava.

Tepat setelah itu hembusan nafas terdengar dari mulut Ava. Ia memang menahan nafasnya sejak tadi.

-🌼-

Sudah dua hari tepatnya ia berada di rumah itu. Selama itu pula Ava memanfaatkan waktu yang ia punya untuk mengerjakan beberapa hal yang bisa ia lakukan agar persiapan kegiatan amal dapat berjalan sesuai jadwal yang telah ditentukan.

AfT : Unexpected [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang