XXII. Akuan

74 6 0
                                    

-🌼🌼🌼-

Ava menatap kesal sosok Ten yang sedang membuka kamar Tiffany dengan kunci yang sebelumnya disembunyikan pria itu.

Ketika pintu itu terbuka, saat itu posisi Ava tepat didepan kamar itu. Namun berbeda dengan Ten yang berencana masuk kedalam, Ava sendiri hanya melewati kamar itu karena tujuannya adalah mengistrahatkan diri di bus yayasan.

"Masuk."

Ucapan dan tarikan Ten tak sempat diprediksi oleh Ava. Bahkan ketika akan memprotes tindakan semena-mena pria itu, Ten telah lebih dulu mengunci kembali pintu dan memberi isyarat kepada Ava untuk diam.

Ava mengerti maksud Ten. Ada Zelo yang sedang terlelap, hingga tak mungkin baginya mengeluarkan kata kasar dengan volume keras sekarang.

Satu hal yang lagi-lagi tak menguntungkan pihak Ava.

Senyum kemenangan terpancar di wajah Ten. Sementara dimata Ava, senyum itu adalah senyuman mengejek untuknya.

"Kau tidur di bawah. Ada selimut lain di lemari" ucap Ava. Tak peduli jika terdengar aneh karena nyatanya dia hanya tamu di rumah itu.

"Seorang Ten Jeaxiu Westly tak akan tidur di lantai beralaskan selimut."

"Seorang Ava Lobelard Matthieu pun begitu."

"Kekayaanku jauh melebihi dirimu"

Wah. Perhitungan sekali pria ini!

Sialnya, Ten memang benar.

Dibanding memperdebatkan sesuatu yang tak penting, Ava memilih mengalah, lagi.

Ketika Ten mulai membaringkan tubuhnya disamping Zelo, Ava berjalan kearah lemari untuk mengambil selimut yang dimaksudnya tadi.

Ia lalu mengatur sedemikian rupa agar selimut itu dapat memberi kenyamanan dalam kegiatan tidurnya nanti.

"Sediakan tempat yang luas. Kalau bosan di ranjang aku akan turun kebawah"

"Tidur saja dilantai sekalian" ucap Ava acuh. Sebisa mungkin dirinya mengatur selimut itu agar hanya cukup ditiduri oleh satu orang saja.

"Kau akan menyesal kalau tidak melebarkan selimut itu seluas mungkin."

Gerakan Ava terhenti. Di satu sisi ia menganggap ancaman Ten sekedar angin lalu. Namun disisi lain, dirinya pun tahu betapa kurang ajar, brengsek, bajingan, dan bejat pria itu.

Ava menghembuskan nafas kasar. Mau tak mau, selimut itu pada akhirnya membentang jauh lebih luas dari sebelumnya.

Setidaknya jika Ten macam-macam, dirinya dapat lebih leluasa menendang pria itu daripada jika diatas ranjang yang tentu akan mengganggu tidur Zelo.

"Ava"

Tak ingin menyahut lagi, Ava memilih berbaring, memejamkan mata dan tidur dengar tenang.

"Ava.."

Tetap tak ada jawaban.

"Ava"

Masih tak ada jawaban juga.

"Di ranjang membosankan."

Ucapan Ten itu seketika membuat mata Ava yang sebelumnya tertutup kembali membuka.

Tak butuh waktu lama hingga ia merasakan gerakan sosok lain di belakangnya. Itu Ten, ia tahu.

"Jangan bertindak menyebalkan lagi, Ten. Ku mohon kali ini.. aku benar-benar mengantuk" ucap Ava bahkan dengan suara yang menunjukkan betapa lelah dirinya.

AfT : Unexpected [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang