XI. Rindu

83 6 0
                                        

-🌼🌼🌼-

Menjalankan kewajiban sebagai art director memang merupakan prioritas utama baginya.

Di kamarnya, atau lebih tepatnya di kamar tamu yang ia tempati saat ini, Ava kembali sibuk memberi arahan kepada para tim desainer melalui aplikasi video conference.

Rapat yang telah berjalan hampir satu jam lamanya ini memang sedikit berbeda. Bisa dibilang ini adalah rapat terakhir sebelum ke tahap selanjutnya.

"Itulah yang bisa saya sampaikan, nyonya"

Ucap si wanita berkacamata yang baru saja mempresentasikan perkembangan proyek yang dijalankan.

Ava mengangguk.

Hanya anggukan saja, namun ekspresi yang ditunjukkan para anggota tim desainer di layar itu menunjukkan betapa mereka senang luar biasa.

"Saya akan kembali minggu depan. Tahap berikutnya akan dilaksanakan saat saya pulang."

Seketika, raut gembira itu berubah muram.

Dalam hati mereka berpikir, apakah tidak bisa selamanya bekerja seperti ini?

Ya, bagi mereka rapat seperti ini lebih menenangkan dari pada harus menghadapi tatapan intimidasi dari seorang Ava Lobelard Matthieu secara langsung.

-🌼-

Ketika satu pekerjaan sudah hampir rampung, disaat itulah Ava merasa bebas untuk bersantai.

Kegiatan yayasan sudah jelas dilaksanakan beberapa hari lagi, sementara pengambilan gambar akan dilakukan setelahnya.

Ava memanfaatkan waktu luangnya berjalan di sekitar rumah itu. Seringkali dirinya berpapasan dengan para pelayan yang di dominasi pria berjas.

Masih sama seperti dulu.

Langkahnya terhenti ketika menyadari bahwa semakin jauh ia berjalan, semakin dekat pula dirinya dengan ruang perpustakaan.

Sekelebat bayangan mulai hinggap di kepala Ava tatkala memasuki ruangan itu.

Ingatan masa-masa itu, membuat sudut bibirnya terangkat.

"Aku lelah mengajari orang bodoh sepertimu, jadi kali ini pahami dengan baik. Tak masalah terjadi sesuatu antara kita ketika kau lebih fokus padaku. Asal tidak antara kau dan Eleven atau kau dengan siapapun. Mengerti?"

"Tidakkah kau terdengar seperti pria pencemburu saat ini?"

Ten nampak terkejut.

"ya, anggap saja begitu. Lebih tepatnya tidak suka ketika pelajar yang ku didik tidak fokus ketika sesi belajar dilakukan."

Ava baru ingin membantah namun ucapan Ten menghentikan niatnya.

"Kenapa mengajar manusia bodoh membuat tubuhku lelah sekali." gerutu Ten sebelum berlalu dari ruangan itu.

Eleven. Mendadak Ava mengingat pria itu. Terakhir bertemu dengannya, Eleven masih berusia sekitar lima belas tahun.

Sekarang, bukankah harusnya anak itu sudah jauh lebih dewasa?

Dan,

Dimana dia?

-🌼-


Cklek

Pintu berwarna coklat itu terbuka seiring dengan gerakan tangan yang memang sengaja membuka pintu itu.

AfT : Unexpected [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang