XVIII. Apa Katanya?

76 6 0
                                    


What?
🌼----------------🌼

-🌼🌼🌼-

Ava mendorong kopernya sambil berusaha menyamakan langkah dengan Ten yang berjalan lebih cepat dari biasanya.

"Apa kau tak berniat membantu? Paling tidak pelankan saja jalanmu!"

Tak ada jawaban dari pria di depannya.

"Bukankah katamu banyak wartawan di depan?"

"Sudah diusir."

"Kalau begitu aku akan ke bandara naik taksi." Ucap Ava kemudian mencari ponselnya di tas. Berniat menghubungi nomor taksi sekarang juga.

"Jika kau melakukannya akan ku panggil kembali semua wartawan itu"

Ancaman Ten membuat Ava kesal setengah mati, "Panggil saja. Lebih baik menghadapi mereka daripada harus enam jam berada di mobil yang sama dengan mu"

"Masuk."

Meskipun tak rela, Ava tetap menuruti perintah Ten. Tak ada pilihan lain baginya.

Sementara Ten lebih dulu memasukkan koper Ava ke dalam bagasi.

"Aku mulai berpikir, apakah kau tidak memiliki supir?" Tanya Ava saat Ten duduk di kursi kemudi.

"Aku mulai berpikir, apa kau se-murahan itu?"

Apa katanya?

Mata Ava mengikuti setiap gerakan yang dilakukan Ten. Dia akan menghujamkan banyak pertanyaan kepada pria itu namun menunggu terlebih dahulu Ten yang selesai menyalakan mesin mobilnya.

Ketika apa yang dia tunggu usai, Ava tak ingin menunda lagi.

"Apa maksudmu mengatakan aku murahan?"

Tak ada jawaban dari pria itu.

"Ten!"

"Jadi apa kata yang tepat? Oh, iya. Murah hati. Itu lebih halus ku rasa. Bermurah hati memberikan tubuhmu dicicip oleh siapapun. Wanita baik memang beda."

"Kau kenapa Ten? Apa aku mencari masalah dengan mu? Kau tahu aku bukan wanita seperti itu!"

"Bukan? Benarkah?" Detik setelahnya tawa Ten terdengar mengejek ditelinga Ava. "Tapi yang tadi itu enak, iyakan?"

Enak? Haruskah membahas kata enak!?

"Ya, tentu saja enak. Aku memuji masakan Cla. Apa ada yang salah dengan itu?"

"Jangan berdalih, Ava. Kau tentu tahu maksud El. Jangan bertingkah polos. Kalau kau murahan, tunjukkan saja. Hanya ada aku disini. Tak akan merusak imej mu sama sekali."

Ava membuang pandangannya ke luar jendela mobil. Padahal ia merasakan firasatnya kurang bagus tadi, tapi kenapa masih saja dirinya mau kembali ke New York bersama Ten dengan mobil?

Enam jam! Sialnya aku harus bersama mu sampai enam jam!!

"Kenapa tidak menjawab? Mengakui diri murahan kah?"

"Hentikan Ten. Hentikan tingkah konyol mu! Bahkan jika aku murahan pun tak ada urusannya dengan mu."

"Kau tunangan ku, brengsek!"

Jantung Ava memompa dengan cepat. Ia selalu tak suka ketika Ten mulai mengatainya dengan sebutan kasar. Ia kesal. Sangat!

"Bisakah kita memutuskan pertunangan konyol ini sekarang juga?"

"Tidak."

"Kau sudah mendapatkan yang kau mau."

"Tidak."

AfT : Unexpected [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang