VI. Ancaman

112 5 0
                                    

-🌼🌼🌼-

Ten masih dengan aktivitas nya memeluk erat bocah kecil itu.

Tampan. Itulah yang terbesit di benak Ava saat pertamakali melihatnya.

Ava masih mengamati, atau mungkin lebih tepatnya terpaku atas fakta yang baru saja ia ketahui hingga tak menyadari jika Ten sudah berjalan dengan sang putra yang masih setia di gendongannya.

"Sudah kau lakukan yang ku perintah kan?"

Barulah saat mendengar suara Ten, kesadaran Ava kembali.

"Ya, Tuan" jawab seorang pria dengan setelan jas lengkap ditubuhnya.

"Bagus." Ucap Ten kepada pelayan itu. "Dia akan mengantar mu ke kamar. Ku beri waktu satu jam untuk membersihkan diri, setelah itu kembali ke ruangan ini. Ada hal penting yang perlu dibicarakan." Kali ini ujaran bernada perintah itu ditujukan Ten untuk Ava.

Tanpa perlu mendengar jawaban Ava, Ten kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan ruangan itu tanpa berbalik sama sekali.

Mendengar perkataan Ten tadi sungguh membuat Ava merasa lucu. Memang siapa dia mengatur ku?

Namun rasa lelah lebih mendominasi. Toh dirinya juga merasa perlu segera membersihkan diri.


-🌼-

Satu jam, kata Ten.

Namun Ava telah kembali ke ruangan itu bahkan ketika waktu yang diberikan belum sampai satu jam.

Satu lagi perubahan Ava yang kini disadari oleh Ten.

"Katakan." Ucap Ava tanpa basa-basi.

"Apa kau tak ingin menanyakan sesuatu?"

"Dimana Eleven?" Tanya Ava, asal saja sebenarnya. Hanya ingin segera menghentikan pembicaraan ini.

Terlebih dengan situasi dimana dirinya bisa melihat Ten meneguk gelas berisi alkohol ditangannya. Sungguh, ia belum terbiasa melihat sisi Ten yang satu itu.

"Apa hanya Eleven yang ada di kepalamu?"

Hah?

"Lalu apa? Sudahlah katakan dengan cepat maksudmu memanggilku kemari. Aku mengantuk dan ingin istrahat."

"Dia putraku."

Ava seketika tahu siapa 'dia' yang dimaksud Ten. Bocah kecil tadi.

"Usianya akan menginjak tujuh tahun di juni nanti"

Dugaan ku tepat.

"Sejak kecil aku selalu memanjakan nya dengan segala yang bisa ku berikan. Aku, dan wanita yang melahirkan putra ku tak pernah luput memberinya kasih sayang."

Rumah tangga harmonis rupanya.

Sejauh ini Ava masih tak mengerti apa hubungan antara kehadirannya di sini dengan penjelasan pria itu sejauh ini.

Ava ingin segera mengakhiri pembicaraan mereka. Entahlah, rasanya.. masih sedikit aneh mengetahui Ten yang bertatto, mabuk, bertindik, hingga berkeluarga.

"Sesungguhnya aku masih terkejut, apa yang kita katakan dulu terbukti. Waktu sepuluh tahun, bukan tak mungkin jika kau akan berkeluarga dan tinggal selamanya di sini. Dan, ya.. kau bahkan memiliki seorang putra"

Ucapan Ava tanpa ia duga mendapat respon tawa jenaka dari pria disampingnya.

Entah karena pria itu mulai mabuk atau ucapannya yang memang terdengar seperti naskah komedi.

AfT : Unexpected [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang