1 🦋 Vanesha Putri Dirgranda 1

2K 211 110
                                    

“She said, she was okay. And you, believed her?  Sit down with me, i’ll tell you how he be hurt. Want to know, how i know all of this? Because, she is me and i really tired. Trust me all of this ehausting.”


🌞🌞🌞

Kring! Kring! Kring!

Suara bel terdengar begitu nyaring di indera pendengaran, menyeluruh  sampai ke sudut ruangan. Bel sekolah berbunyi di tengah-tengah jam istirahat, hal itu menandakan pengumuman akan disiarkan langsung melalui pengeras suara.

Di detik itu juga, semua siswa akan menghentikan berbagai macam aktivitasnya dan mematung dalam hitungan detik, sekedar untuk mendengarkan pengumuman dari pengeras suara tersebut.

“Eh, pengumuman apa, sih?” tanya sosok gadis mungil yang mempunyai rambut panjang dengan jepit hias di sisi kiri kepalanya.

“Sut!” desis semua orang sambil meletakan ujung jari telunjuknya di depan bibir mereka, seolah-olah mereka tengah mengisyaratkan orang lain untuk diam.

“Diam!” bentak salah satu siswa dari kejauhan.

Gadis tersebut mendengus kesal, berani-beraninya mereka membentaknya hanya karena pengeras suara sialan itu!

“Kalau aku masukin mereka ke daftar hitam, dari daftar pertemanan, oke juga,” pikirnya dalam hati.

Gadis tersebut menghela napasnya pelan, dalam hati ia berkata, hari ini, aku akan menjadi murid pandai yang taat akan peraturan dan mendengarkan pesan angin ...” ia kembali berpikir dan menepuk dahinya pelan, apa yang baru ia katakan?


“Tuhan, maafkan aku. Maksudku, aku akan mendengarkan pesan dari pengeras suara itu.”

“Ngomong-ngomong, tadi aku dibentak? Kok, aku baru sadar?” ujarnya dalam hati sesekali mendengar pengumuman dari pengeras suara tersebut.

“Pengumuman! Ditujukan kepada seluruh siswa siswi SMA GARUDA 12, dimohon untuk berkumpul di lapangan upacara! Akan kami hadirkan announcement spesial untuk kalian. Maka dari itu saya hitung sampai lima. Jika ada yang telat, bersiaplah untuk mendapatkan reward spesial dari bapak ibu guru. Satu ...,”

Detik itu juga, semua murid berlari kesana-kemari untuk menuju ke lapangan sebelum hitungan ke lima berakhir.

“Dua ...”

Tepat di hitungan ke dua, gadis tersebut di tarik oleh kedua temannya. Ia menghela napasnya pasrah, “Tuhan. Sejujurnya aku bersyukur mempunyai Alitta dan Alisya sebagai sahabatku. Tapi, kenapa Engkau tidak memberi mereka akhlak yang mulia, Tuhan.” Adunya dalam hati.

“Vanesha Putri Dirgranda! Lo itu bukan anak sultan. Jadi, buruan larinya!” pekik Alisya sambil menarik lengan gadis tersebut, gadis dengan nama Vanesha.

“Tapi, aku anak Rehan Dirgranda. Dia juga sultan.” Desisnya pelan, tentu saja tidak di dengar oleh Alisya maupun Alitta.

Dia adalah Vanesha Putri Dirgranda yang kerap dipanggil Shasya, Putri dari Rehan Dirgranda dan Lauren Saputri Dirgranda. Ia punya seorang kakak yang sangat menyebalkan untuknya, dia adalah Kevan Putra Dirgranda. Satu hal yang selalu Vanesha sesali dalam hidupnya, kenapa nama belakangnya itu harus sama dengan kakaknya? Terlihat sekali, jika mereka adalah saudara.

Ia sekolah di SMA GARUDA 12 bersama kakaknya dan kedua sahabatnya, Alitta dan Alisya. Mereka adalah teman yang sangat baik. Kelas XI A adalah kelasnya dengan kedua sahabatnya. Menurut mitos yang beredar, kelas XI A berisi makhluk-makhluk yang mempunyai otak sakral dari berbagai macam planet. Dan faktanya, itu hanyalah mitos.

Vanesha, gadis paling disegani oleh para murid laki-laki di SMA GARUDA 12. Namun, sampai hari ini, belum ada yang bisa menerobos ke dalam pintu hatinya. Belum ada yang bisa menghancurkan dinding-dinding ketakutan dalam dirinya tentang kata cinta. Cinta dengan pangeran berkudanya yang berwarna putih.


“Tiga ...”

Vanesha menghela napasnya berat, “Vanesha, hidup kamu begini amat, Nak. Cinderella.” Lirihnya seraya bermonolog.

Alisya dan Alitta saling melemparkan tatapan gelinya, lantas mereka tertawa kecil seraya menggelengkan kepalanya. Mereka memaklumi perkataan Vanesha, karena mereka tahu, Vanesha adalah orang baik dan humoris. Jadi, di situasi apapun, akan selalu ada tawa di antara mereka.

“Empat ...”

Tidak membutuhkan hitungan ke lima, semua murid sudah rapi berbaris di lapangan. Jangan heran, kenapa bisa? Karena guru itu menghitung dengan sangat lamban. Ya, dia sengaja, karena sejujurnya guru itu tidak berniat memberi reward kepada para murid.

“Baik. Terimakasih anak-anak, kalian datang sangat cepat dan tepat.  Langsung saja, pengumuman yang pertama adalah ....”

🌞🌞🌞

Huhu, setelah sekian lama cap cip cup. Akhirnya, berani juga publish cerita ini.

😭😂😭

Aku sebagai warga author baru meminta maaf, ya. Kalau cerita masih kaku, garing, kering dan crispy.

Kalau ada typo, tolong tandai, ya. Biar aku perbaiki.
🙂

Btw, kalian bisa lihat, kan? Ini karyaku untuk pertama kalinya. Aku harap, kalian bisa support dan menghargai karya kecilku ini.
💜💜💜

Dengan kalian vote dan comment, itu adalah bentuk support yang tidak pernah terhitung nilainya. Eyaa ....

🌞🌞🌞
⭐⭐⭐⭐⭐

ALVEROSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang