"Selamat pagi, semua!"
"Pagi!"
Semua orang duduk di tempatnya masing-masing ketika pembawa acara sudah menaiki panggung dan menyapa semuanya.
Rendy, Zico dan Vero pun menduduki kursi mereka. Namun, ada satu hal yang memenuhi otak Vero sekarang, yaitu Vanesha. Pertanyaan tentang keberadaan Vanesha mulai memenuhi otaknya.
"Vero! Lo ngapain, sih? Duduk tenang bisa, kan?" ujar Rendy berbisik, ia mengetahui gerak-gerik Vero yang gelisah.
"Gu-gue ke toilet dulu!" balas Vero tanpa menunggu persetujuan dari Rendy.
Sejujurnya, Vero tidak ingin ke toilet. Ia hanya ingin keluar dari keramaian dan kebisingan tadi, dan mungkin mencari Vanesha. Apakah gadis itu datang?
Langkah jenjangnya ia gunakan untuk menyusuri koridor kelas yang tampak sepi. Namun, langkahnya terhenti saat kedua bola matanya menangkap bangku berwarna putih yang berada di taman belakang sekolah. Itu adalah tempat dirinya bertemu Vanesha saat jam istirahat.
"Shasya?" lirihnya begitu saja.
Vero berbalik, ia ingin menuju suatu tempat yang menjadi favoritnya bersama Vanesha, rooftop.
Senyuman yang sangat tipis terukir di bibir Vero, ia mulai melangkahkan kakinya menuju sofa. Ada rasa rindu yang selalu menyelinap meminta keluar dari persembunyiannya.
Seketika, senyumannya pudar ketika serpihan kenangan itu kembali terputar di otaknya, ia ingat jelas bagaimana Vanesha yang ingin mempertahankan hubungan dengannya di tempat ini, begitu juga dirinya yang meninggalkan gadis itu di tempat ini, sendirian.
Vero mengusap wajahnya frustasi, kenapa ia begitu bodoh sampai-sampai ia melakukan kesalahan itu?
"Vanesha, maaf."
Vero berdecih pelan, "Maaf? Hanya itu yang bisa aku lakukan? Dasar brengsek!" desisnya kepada dirinya sendiri.
Vero sangat benci kepada dirinya sendiri, kenapa ia begitu bodoh? Kenapa ia begitu pengecut? Kenapa ia egois?
Hari ini, ia ikut hadir di acara reuni ini hanya untuk bertemu dengan Vanesha. Jangankan bertemu, sekedar melihatnya dari kejauhan pun tidak apa-apa, ia rela.
Jika suatu hari nanti ia bertemu Vanesha, apakah ia masih mau berbicara dengannya? Apakah dia masih sudi melihatnya? Bagaimana jika tidak, bagaimana jika ia pergi bersama lelaki lain? Apakah ia akan rela?
Ting! Ting! Ting!
Suara pesan masuk dari ponsel Vero, membuat ia terbangun dari lamunannya dan segera membuka pesan tersebut.
Vero! Lo di mana? Acara selesai, lo melewatkan semuanya!
Vero beralih melihat jam yang ada di lengannya. Ia berdesis pelan, lalu beranjak meninggalkan rooftop.
"Sial! Udah berapa lama gue melamun di rooftop?"
🌞🌞🌞"Di mana itu anak?" desis Zico berjalan bolak-balik, hal itu membuat Rendy memutar kedua bola matanya jengah.
"Lo kenapa, sih? Lagian Vero itu bukan anak kecil lagi, kali!"
Zico menghentikan langkahnya, ia beralih menatap Rendy dengan serius. "Ada berita ... hot!" ucapnya berbisik.
Rendy menaikan sebalah alisnya, ia bukan tipe orang yang suka bergosip. Tapi, ia hanya penasaran. Catat itu! Hanya penasaran!
"Berita apa?"
"Beritanya, hot banget. Jadi ..."
"Jadi, apa?" tanya Rendy tidak bisa menahan rasa penasarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVEROSA [END]
Teen FictionHAI-HAI! 🦋🦋🦋 SEBELUMNYA AKU MINTA MAAF SAMA KALIAN SEMUA, YA! MUNGKIN ADA BEBERAPA PART YANG NGGAK NYAMBUNG ATAU ANEH. KARENA, CERITA INI SEDANG MASA PERBAIKAN! DAN KARENA AKUNYA MALAS. JADI, MASA PERBAIKANNYA LAMA. wkwk. 🌞🌞🌞 Kisah ini tent...