Jangan lupa cek mulmed, ges!
Vote dulu, nggak susah, kan?
Nggak bikin kalian rugi, kan?Luv ♥️
***
Vanesha membuka kedua bola matanya yang menuju langit. Dengan badan yang masih terlentang di atas rumput rindang, ia mengerjapkan matanya beberapa kali, saat kedua manik indahnya disuguhkan oleh pemandangan langit malam hari. Malam yang indah, Paris.
Seketika, kedua alisnya berhasil menyatu, saat kedua bola matanya menangkap Vera yang masih sibuk dengan ponselnya, entah apa yang tengah ia lihat. Apa dia punya kencan buta?
"Ver?"
"Vera?" Vanesha mendengus pelan, apa suaranya tidak cukup keras?
"VERA!"
Vera sempat tergejolak, lalu mengusap dadanya berkali-kali, "astaga, lo mau gue mati, karena jantungan?"
"Maaf, lagian lo kenapa, si? Kayak boneka santet galau," Vera memandang Vanesha serius, lantas menghembuskan napasnya pelan, membuat Vanesha menaikan sebelah alisnya.
"Ayah sakit, gue harus pulang." kata Vera, membuat kedua mata Vanesha berhasil membulat sempurna.
"Ap-apa? Pulang?"
Vera mengalihkan kedua maniknya dan menatap lurus ke arah langit yang tengah dipenuhi bintang-bintang, "gue nggak mau jadi anak yang egois, gue harus pulang. Ayah butuh gue,"
"Ta-tapi ...,"
"Kalo lo belum siap buat balik, gue nggak apa-apa, kok. Gue bisa pulang sendiri dan merawat ayah sendiri, lo nggak perlu khawatir. Tapi, inget pesen gue, jangan jadi orang bodoh yang menyesali perbuatan di akhir cerita, lo selalu bilang belum siap, itu karena lo nggak pernah siapin itu sejak awal," sela Vera yang sudah merubah posisi menjadi duduk di atas rumput rindang, "gue masuk dulu, mau siap-siap. Lo di sini harus tetap sehat!"
Vanesha menghembuskan napasnya kasar, saat Vera beranjak pergi meninggalkannya sendiri di halaman rumah. Sejujurnya, ia masih belum siap bertemu dengan semua orang dimasa lalunya, terutama ...
Alvero.
Tapi apa yang di katakan Vera, ada benarnya juga. Ia memang tak pernah menyiapkan persiapan itu dari awal. Dan ia juga tidak bisa terus-terusan hidup bergantung pada Yudha, Kresna bahkan Vera. Ia sudah cukup banyak merepotkan orang, ia tak mau merepotkan orang lagi. Vanesha meraih ponselnya dan mengetikan sebuah pesan disana. Sekelebat kenangannya bersama Vero, kembali terputar di otaknya.
"Gue kangen,"
"Ver, kalo gue egois, lo keberatan nggak?"
"Maksudnya?"
"Kalau kita tetap punya hubungan, gimana? Gue pengen egois,"
"Stay with me for always, just like this,"
"Oke, kita pertahankan hubungan ini. Cause you're mine and i'm yours."
***
"Dia kokoh banget sama pendiriannya, kayaknya ini nggak akan berhasil,"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVEROSA [END]
Roman pour AdolescentsHAI-HAI! 🦋🦋🦋 SEBELUMNYA AKU MINTA MAAF SAMA KALIAN SEMUA, YA! MUNGKIN ADA BEBERAPA PART YANG NGGAK NYAMBUNG ATAU ANEH. KARENA, CERITA INI SEDANG MASA PERBAIKAN! DAN KARENA AKUNYA MALAS. JADI, MASA PERBAIKANNYA LAMA. wkwk. 🌞🌞🌞 Kisah ini tent...