Part 63 ♥️ Matahari

428 26 7
                                    

Jangan lupa tekan bintang di bawah pojok kiri, yuk.

Happy Reading!

Pelan-pelan aja ya bacanya, nggak ada yang ngejar atau pun nungguin, kok.

🌞🌞🌞

Suasana pagi di akhir pekan ini terlihat sangat cerah, secerah hati seorang gadis yang memakai gaun berwarna putih dihiasi berbagai pernak-pernik. Dia adalah Vanesha Putri Dirgranda.

Senyum di bibirnya belum luntur sejak ia memakai gaun yang belum pernah ia bayangkan sejak kecil, gaun pernikahan. Setelah Vero melamarnya satu tahun yang lalu, kini mereka memutuskan untuk menjalani hidup bersama dengan ikatan suci dengan pernikahan. Acara pernikahan sudah mereka persiapkan sedemikian rupa, karena lusa mereka akan menjadi pasangan yang sah di mata agama dan negara.

"Oh, Tuhan. Anak mama cantik sekali!" puji Lauren seraya memeluk putrinya itu. Vanesha hanya tersenyum simpul melihat wajah Lauren yang terlihat sangat senang melihat putrinya memakai gaun yang selalu dimimpikan oleh setiap wanita di penghujung tidurnya.
Vanesha melepaskan pelukannya pelan, lantas ia memutar badannya sangat anggun, "Bagaimana, Mah?"

Vanesha semakin melebarkan senyumnya saat Lauren mengacungkan kedua jempolnya. "Perfect! Nggak ada yang kurang,"

Satu, dua, tiga detik, senyum Vanesha luntur dalam seketika. Ia berbalik dan melihat dirinya sendiri dalam pantulan kaca yang ada di depannya. "Masih ada yang kurang, Ma ... Vero."

Lauren tersenyum simpul, ia tahu perasaan putrinya ini. Lusa adalah pernikahannya, namun sampai detik ini calon suaminya itu masih sibuk dengan pekerjaannya. Lauren mulai mendekati putrinya dan merangkul seraya mengusap pundaknya dengan lembut.

"Sebentar lagi Vero akan datang, sayang."

"Kamu nggak lupa, kan? Tugas seorang suami adalah menafkahi keluarganya. Jadi, dia lagi berusaha mencari nafkah untuk hidup bersama kamu," ucap Lauren seraya menampilkan senyum khas seorang ibu.

"Iya, Ma. Shasya ngerti, tetapi tidak segalanya dikaitkan sama materi, Ma. Kadang seseorang juga butuh waktunya atau kasih sayangnya." Vanesha membalikan badannya dan duduk di salah satu kursi yang tersedia.

Lauren menghembuskan napasnya pelan. "Mama tahu, Nak. Tapi, ini kan pengalaman pertama kalian dan kemunginan Vero ingin memberikan kamu yang terbaik. Kamu ingat, kan? Bagaimana obsesinya dia saat kamu pergi dahulu?"

Vanesha mengangguk lemah, ia ingat dengan jelas cerita dari keluarganya dan teman-temannya, bahkan dari keluarganya Alvero, tentang keobsesian seorang Alvero mencari-cari dirinya, dan bagaimana obsesinya Alvero saat ia ingin menjadi seorang dokter untuk menyembuhkan orang-orang yang ia sayangi.

Tapi, keobsesian Vero kali ini mungkin mulai melewati batas, mereka akan menikah, tetapi Vero masih sibuk dengan pekerjaannya dan bahkan, ia belum membalas satu pun pesan yang Vanesha kirimkan kepadanya.

Ting!

Mendengar pesan masuk, ia segera membuka ponselnya. Senyum tipis mulai terbit di bibirnya, saat kedua maniknya menangkap nama dari orang yang sedari tadi ia tunggu, Alvero.
Namun, senyumnya mulai luruh saat ia mulai membaca pesan yang ia dapatkan.

I'am sorry.

Please. Maafkan aku, ya? Akhir-akhir ini aku selalu sibuk. Jangankan untuk menemanimu hari ini, untuk membalas pesan ini pun sangat sulit. Aku benar-benar minta maaf, semoga gaun pernikahan itu cocok denganmu, aku akan melihatnya tepat di hari pernikahan kita. Selamat menikmati akhir pekan, sayang. I love you.

ALVEROSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang