🌞 EPILOG 🌞

701 30 40
                                    

🦋

Mari kita buka lembaran baru di bulan yang baru ini.

Kita tinggalkan cerita yang sudah atau belum usai di bulan sebelumnya.

Karena hidup terus berjalan, kita tidak boleh terjebak di dalam satu ruang saja.

Aku berdoa untuk kalian yang sedang sakit, semoga lekas di pulihkan segala rasa sakitnya.

Dan untuk kalian yang sedang di titik terbawah, sedih, kesepian atau kehilangan semangat, ayo semangat! Ada banyak kenikmatan yang belum kamu coba. Jangan pernah berhenti sebelum mencapai titik terakhir.

Ada banyak orang yang ingin menjadi diri kamu dan sayang kamu!

Sudah share dan vote belum? Kalau belum, ayo vote dan share cerita ini ke teman-teman kalian.

🌞🌞🌞

Vero melangkahan kakinya lunglai menghampiri seorang gadis yang terbaring lemah dengan berbagai macam alat bantu yang ia sendiri tidak mengerti fungsinya untuk apa.

Vero tahu, jika Vanesha berada di rumah sakit ini dari Kevan. Setelah semua orang keluar dari ruangan tersebut untuk istirahat di depan ruangan. Malam harnya Vero masuk ke dalam ruangan tersebut untuk menemui calon isterinya.

Ia mulai menggenggam tangan Vanesha begitu kuat, sesekali ia mengecupnya ringan dengan derai air mata. Hatinya sesak melihat orang yang sangat ia sayangi ini kembali terbaring lemah di dalam rumah sakit. Terlebih lagi, lusa adalah pernikahan mereka, tetapi Tuhan punya cara sendiri untuk mengingatkannya akan kesedihan.

Sejujurnya, ia kembali menyesal karena sudah sibuk dan lebih mementingkan pekerjaannya daripada calon isterinya. Hidupnya selalu saja dihadangkan oleh rasa penyesalan yang mendalam, kenapa hidup terasa tidak adil baginya, atau memang ini kesalahannya? Tapi, kenapa? Ia hanya berusaha memberikan Vanesha yang terbaik, supaya hidupnya tidak kesusahan saat bersamanya kelak.

"Vanesha ... kamu bisa dengar aku, kan?"

Vero tersenyum dengan mata yang sudah sembab. "Sekarang aku tahu, kalau aku begitu bodoh. Hidupku selalu berjalan dengan akhir penyesalan yang mendalam,"

"Aku tahu aku salah, aku egois, aku jahat, tetapi aku janji kalau aku nggak akan mengulanginya lagi, Sya. Jadi, aku mohon buka mata kamu. Kamu nggak lupa, kan? Lusa kita akan menikah dan kita akan hidup bersama setelahnya, kita akan membangun sebuah keluarga kecil yang sangat bahagia," lirihnya dengan suara yang bergemetar.

Vero tidak bisa menahannya lagi, ia menunduk dan terisak sendiri dengan tangan Vanesha yang masih ia genggam sangat kuat, seolah ia tengah menyalurkan kekuatan kepadanya.

Di detik berikutnya, ia terdiam saat ia merasakan sebuah tangan yang terulur mengusap pundak kepalanya dengan sangat lembut. Vero segera menengadah, ia tersenyum ketika maniknya mendapati Vanesha tengah tersenyum kepadanya, Vanesha telah bangkit dari mimpinya.

"Ha-hai," lirih Vanesha terdengar sangt lemah.

"Shasya, aku sudah bilang untuk tunggu aku datang, kenapa kamu pergi ninggalin aku?" rintih Vero terisak. Lain dengan Vanesha yang tersenyum tipis. "Maaf."

"Lusa kita akan menikah. Jadi, kamu harus sembuh!" ucap Vero seraya mengecup ringan tangan Vanesha yang masih di dalam genggamannya.

"Vero, kalau kamu kangen aku, jangan nangis. Tapi, berdoa dan kamu harus tetap selalu berdoa, ya," isak Vanesha dengan suara yang sangat pelan dan bergemetar.

ALVEROSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang