Vero mengerang sangat keras, semua temannya hanya bisa diam bergeming. Baru pertama kalinya mereka melihat Vero marah, namun menitihkan air matanya, dia benar-benar putus asa.
"Kata siapa aku nggak sudi bertemu kamu?"
Vero dan lainnya menoleh mengikuti sumber suara, semua tertegun ketika manik mereka menampakan sosok gadis cantik yang sangat diharapkan kehadirannya.
"S-Shasya?"
"Aku tanya, siapa yang bilang aku nggak sudi betemu sama Vero?" tegas Vanesha sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
Tanpa berniat menjawabnya, Vero berlari ke dalam dekapan Vanesha. Ia merasa sangat lega bisa bertemu dengannya, rasa rindu dan menyesal bercampur menjadi satu dalam hatinya.
"Kangen," lirih Vero masih memeluk Vanesha dengan erat, seolah-olah ia akan kehilangan gadis itu jika ia melepaskannya.
Vanesha memejamkan matanya tersenyum. Ia membalas pelukan Vero sama kencangnya, hatinya menghangat saat lelaki ini memeluknya seperti ini.
"Sya, gue mohon sama lo, maafin gue. Maaf untuk semua kesalahan gue." Vero melepaskan pelukannya, ia memohon sambil menunduk.
"Gue janji, gue nggak ak--"
Vanesha meletakan jari telunjuknya di depan bibir Vero, ia menghela napasnya pelan. "Aku mohon, jangan berjanji lagi. Aku terlalu banyak menaruh harapan pada janji-janji itu ... dan aku terima maaf dari kamu, kok, meski hati aku belum bisa pulih seutuhnya."
Vero kembali mengikis jarak, ia menarik tubuh Vanesha ke dalam dekapannya dan memeluknya dengan erat. "Kalau gue boleh egois. Gue mohon, jangan pergi, Sya. Cuma lo satu-satunya yang buat gue gila setiap harinya, gue nggak tahu lagi kalau lo pergi dan lari ke dekapan orang lain. Gue harus gimana supaya lo nggak lari ke orang lain? Supaya lo tetap di sini."
"Ve-Vero, ak--"
"Oke, gue nggak akan berjanji, tapi gue akan selalu bersama lo, Sya. Gue akan mewujudkan wishlist yang pernah kita buat, dahulu. Termasuk hidup bersama."
"Tetapi, gue mohon, Sya. Jangan pergi! Jangan lari ke dalam dekapan orang lain."
"Aa-aku nggak pergi, kok," akhirnya Vanesha bisa berbicara, setelah Vero berhenti berbicara.
Vero melepaskan pelukannya perlahan, ia memandang Shasya dengan lekat, mencari sebuah kebohongan. Tapi, ia tidak menemukan kebohongan sedikitpun. "Jadi, lo nggak pergi?"
"Siapa bilang aku mau pergi?"
Vero mengerutkan keningnya, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Lo udah bahagia sama dia, kan? Kenapa lo nggak pergi?"
"Pergi kemana, Vero?"
"Lo mau ke Amsterdam, kan? Buat lanjutin sekolah di sana dan ... tunangan sama cowok baru lo?"
Vanesha mengerutkan keningnya. "Amsterdam? Tunangan? Maksudnya apa, sih? Aku nggak ngerti, siapa yang mau tunangan di Amsterdam?"
Di detik itu juga, Vero menoleh ke arah Zico dan teman-temannya yang membalikan diri menghindari tatapan elangnya. Sial! Ia sudah dibohongi mereka.
"Jadi, lo ngapain di sini?"
"Aku habis nganter Om Yudha sama Kresna, mereka balik lagi ke Paris."
Vero menghela napasnya lega. "Shasya. Ja-jadi, lo mau terima gue lagi? Atau kisah kita ini akan berakhir seperti ini?" ucapnya terlihat sangat gugup.
Vanesha tersenyum melihat kegugupan Vero. "Kalau semesta dan takdir mau mempersatukan kita kembali, aku bisa apa?" ucapnya seraya menahan tawanya.
Vero menghela napasnya dan mengangkat sudut bibirnya tersenyum, ia menatap Vanesha dengan lekat. "Jadi, mau wujudkan wishlist itu bersama-sama?" Vanesha menatap Vero sama lekatnya.
Sejujurnya, masih ada serpihan kenangan yang belum bisa ia lupakan dan masih retak. Tetapi, ia teringat kata-kata Vera, ia harus mempersiapkan segalanya dari awal. Ia harus membuka lembaran baru, meski dengan orang yang sama, karena ia tidak akan menuju masa bahagianya, jika ia terus mengingat rasa sakit dalam hatinya,
"Ii-iya, aku mau."
Di sisi lain, Kevan yang baru datang sudah disuguhkan pemandangan seperti itu, membuat dirinya merasa tidak terima. Vero telah melukai hati adiknya, dan sekarang dengan mudahnya adiknya menerimanya begitu saja.
Belum sempat melangkahkan kakinya, tangan kekarnya sudah dicekal tangan lembut yang terasa begitu kecil dan lembut, ia menoleh untuk melihat siapa yang berani memberhentikan langkahnya.
"Jangan egois! Shasya yang terluka saja bisa menerima keadaan dengan ikhlas, masa lo nggak. Lo juga pernah melukai Shasya, kalau lo lupa," ucap sosok gadis berambut panjang dengan senyum manis di bibirnya.
"Sudah, biarkan saja mereka. Jangan rusak kebahagiaannya lagi. Jangan halangi dia," lanjut gadis tersebut meluk lengan Kevan dan mengusapnya dengan lembut.
Susah payah Kevan menelan salivanya kasar. Kenapa ia jadi gugup seperti ini? Dan kenapa jantungnya ini berdetak sangat kencang? Diam-diam, ia melirik gadis yang memeluk lengannya itu, hatinya menghangat. "Manis, Alitta."
Di wajah lain, Vero melepas senyumnya sangat lebar, ia tidak akan melupakan hari bahagia ini. Tuhan telah memberikan kesempatan emas ini, ia tidak boleh menyia-nyiakannya begitu saja, karena kesempatan emas tidak akan datang untuk kesekian kalinya.
Langkah jenjangnya mulai mendekati Vanesha, untuk kesekian kalinya ia menarik Vanesha kembali dalam pelukannya. Kali ini, pelukannya sangat erat dari sebelumnya.
"Gue yakin, kisah Alvero tidak akan menjadi kisah yang memilukan. Gue akan pastikan wishlist itu akan kita coret satu per satu bersama-sama untuk selamanya."
Vanesha tersenyum di dalam dekapan Vero, ia memejamkan matanya perlahan, lalu mengulang dan mencatat kata terakhir Vero di dalam hatinya.
"Selamanya," ucap keduanya di dalam batinnya masing-masing.
🌞🌞🌞
TAMAT.
Yeay! Akhirnya aku kembali. Nggak lama, kan?
Gimana-gimana? Akhirnya, mereka bersatu juga, wkwk.
Mana suara tim happy ending, nih?
Jangan lupa buat vote dan commentnya.
Spam emot yang mewakili perasaan kalian!
Spam nama kalian, biar aku ingat terus readers Alverosa yang setia ini.Atau, kalian spam harapan untuk cerita Alverosa ini, karena cerita Alverosa belum aku tamatkan hari ini.
Wkwk🤣🤣🤣
Follow akun wattpad ini
Follow juga akun instagram
@popykhalimah_Papayy
Luvv yu
🌞
♥️♥️♥️
⭐⭐⭐⭐⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVEROSA [END]
Teen FictionHAI-HAI! 🦋🦋🦋 SEBELUMNYA AKU MINTA MAAF SAMA KALIAN SEMUA, YA! MUNGKIN ADA BEBERAPA PART YANG NGGAK NYAMBUNG ATAU ANEH. KARENA, CERITA INI SEDANG MASA PERBAIKAN! DAN KARENA AKUNYA MALAS. JADI, MASA PERBAIKANNYA LAMA. wkwk. 🌞🌞🌞 Kisah ini tent...