16 🦋 Sakit

680 76 14
                                    

Hari ini adalah tanggal merah, hari cuti bersama. Di hari libur seperti ini, semua orang akan memilih untuk bangun lebih siang dari hari biasanya, namun berbeda dengan seorang gadis yang sudah bangun lebih awal dari biasanya.

Hari ini, ia berniat untuk berlari di taman dekat rumahnya, seorang diri. Ia sangat jengah jika mengajak kakak lelakinya itu untuk berlari di pagi hari, membangunkannya saja memperlukan waktu lebih dari satu jam.

Ia mulai berlari kecil menyusuri trotoar. Bisa ia lihat dengan jelas, suasana jalanan lumayan sepi, karena ini masih sangat pagi.

Setelah sampai di taman, ia berlari mengelilingi taman. Maniknya melihat suasana taman yang mulai ramai akan pengunjung, ia memutuskan untuk berhenti berlari dan mengisi perutnya yang keroncongan.

Langkah kakinya berjalan keluar dari taman dan menuju ke salah satu warung bubur ayam yang akhir-akhir ini menjadi langganannya. Ia tahu tempat ini, karena ia pernah makan bersama Vero di tempat ini.

Sebenarnya, letak warung itu lumayan jauh dari taman. Tetapi, karena ini masih pagi, ia memutuskan untuk berjalan kaki sambil menikmati udara pagi yang belum dicemari oleh kendaraan, "Pak Ujang, biasa, ya!" ucap Vanesha kepada penjual bubur ayam yang sudah ia kenali namanya.

"Eh, Neng Shasya. Siap Neng!" Vanesha tersenyum saat Pak Ujang segera menyiapkan bubur pesanannya.

Entah mengapa, ia selalu di utamakan jika makan di sini, hal itulah yang membuat Vanesha makin suka makan di tempat Pak Ujang. Terlebih lagi, bubur ayamnya enak.

Vanesha menghembuskan napasnya perlahan, menunggu memang melelahkan. Ia mengeluarkan benda pipih dari dalam sakunya, ia berniat untuk menelpon seseorang yang akhir-akhir ini selalu mengusik hidupnya dan mengajaknya bertengkar, namun dia juga yang mewarnai hidupnya. Dan hari ini, giliran ia yang akan mengusik lelaki itu.

Setelah dua pangilan yang tidak diangkat, akhirnya panggilan ke tiga diangkat. Ia yakin, lelaki itu baru bangun tidur, "Hai!"

"Apaan, sih? Masih pagi, woy!" balas lelaki tersebut dengan suara yang terdengar sangat khas dari bangun tidurnya.

"Hai tayo! Hai tayo!"

Vanesha terkekeh pelan saat telinganya menangkap dengkusan kesal dari balik teleponnya.

"Sini! Bubur Pak Ujang. Temenin cecan!"

"Not, I am busy!"

Vanesha mendengus kesal, "Sok inggris! Buruan ke sini, temenin cecan sendiri, nih!"

"Makanya, jangan jomblo jadi cewek!"

Vanesah kembali mendengkus kesal, ia berniat mengusik pagi Vero, tetapi malah paginya yang menjadi kusam gara-gara lelaki satu ini. Sial!

"Ini bubur spesial pesanan Neng Shasya," ucap Pak Ujang dengan semangkok bubur ayam dan teh manis. Vanesha tersenyum seraya mengangguk, seolah-olah ia tengah mengucapkan terimakasih.

Setelah kepergian Pak Ujang, ia segera memutus panggilan secara sepihak dan segera melahap buburnya.

Vanesha hampir tersedak ketika ia mendapati kedatangan Vero dengan motor kebangsaannya itu. Vero yang sudah melihat Vanesha tengah melahap buburnya, ia segera menghampirinya dan duduk di hadapannya. Tanpa mengucap sepatah kata pun, ia menarik mangkuk bubur Vanesha dan melahapnya.

ALVEROSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang